RIMPANG TEMU KUNCI SEBAGAI ANTIKANKER

 

[ CV. Nutrima Sehatalami – Bogor ]. Sayur bening termasuk salah satu menu yang paling sering disajikan di rumah tangga di Indonesia. Selain mudah membuatnya, bumbunya minimalis, juga banyak manfaatnya, terutama jika di rumah ada yang sedang sakit tenggorokan atau sakit pencernaan. Sayur bening bayam identik dengan temu kunci, bumbu penyedap yang memberikan aroma khas.

Hernani dan Rahardjo, dalam studinya menyebutkan herbal tanaman obat mempunyai daya aktivitas antioksidan lebih tinggi bila dibandingkan dengan buah dan sayur. Demikian pula temu kunci menurut JH Sohn dan tim, seperti dikutip dari ums.ac.id,temu kunci mengandung panduratin A, yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Panduratin A melindungi dan memperbaiki kerusakan oksidatif dengan menangkap radikal bebas.

Tanaman temu kunci memiliki bahasa ilmiah Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht., dengan sinonim Gastrochilus panduratum (Roxb.) Schult. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini dikenal dengan nama chinese key. Di daerah penyebarannya, temu kunci dikenal dengan nama lokal Krachai (Thailand) dan suo shi atau ow sun zhiang (Tiongkok).

Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, koncih (Sumatera), tamu kunci (Minangkabau), konce (Madura), kunci (Jawa Tengah), dumu kunci (Bima), tamu konci (Makasar), tumu kunci (Ambon), anipa wakang (Hila-Alfuru), aruhu konci (Haruku), sun (Buru), rutu kakuzi (Seram), tamputi (Ternate).

Tumbuhan ini banyak ditemukan di hutan lebat hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran dimulai dari Yunnan ke selatan hingga Indonesia, dan ke barat hingga India dan Sri Lanka.

Awalnya, temu kunci adalah tumbuhan liar, yang lalu dikembangbiakkan sebagai satu komoditas tersendiri di kawasan Indochina, hingga tersebar di daerah Asia, termasuk Indonesia (terutama di Pulau Jawa).

Temu  kunci, menurut crc.farmasi.ugm.ac.id adalah herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning cokelat, aromatik, menebal.

Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai. Daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut. Lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput. Helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong. Ujung daun runcing, permukaan halus, tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan. Warna helai daun hijau muda.

Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga digunakan sebagai obat afrodisiak, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh.

Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan. Panduratin A, mampu menghambat faktor-faktor pemicu kanker melalui aktivitasnya sebagai antioksidan. Selain itu, Panduratin A juga telah terbukti mempunyai aktivitas antimutagenik melalui induksi Quinon Reduktase (QR) yang merupakan enzim pemetabolisme fase II. Enzim fase II memiliki peran penting dalam mekanisme pertahanan sel dan metabolisme termasuk detoksifikasi senyawa-senyawa elektrofilik yang dapat mematikan sel.

Senyawa kimia yang terkandung dalam temu kunyit yakni minyak atsiri (terdiri atas kamfer, sineol, metil sinamat, dan hidromirsen), d-borneol,d-pinen sesquiterpen, kurkumine, tanninf, saponing, dan flavonoid.

Secara umum, menurut Plantus, menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk  menanggulangi  batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan  sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya air susu ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus, dan Candida albicans,serta menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa).

Selain itu, minyak atsiri dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Ekstrak rimpang  menurut Goenadi DH, yang larut dalam etanol dan aseton juga berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan.

Penelitian  yang dilakukan oleh tim peneliti dari Jurusan Praklinis, Fakultas Kedokteran, Universitas Thammasat, Pathum Thani, Thailand, menyebutkan ekstrak etanol temu kunci berpotensi menyembuhkan luka dan mengandung antioksidan. 

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Mahmood Ameen, Malaya, yang telah meneliti khasiat temu kunci dalam mengobati penyakit sirosis hati pada tikus. Hasilnya menunjukkan kemampuan ekstrak temu kunci  dalam mengobati penyakit sirosis hati, dan perlu penelitian  lanjutan  untuk mengeksplorasi pentingnya potensi farmakologis dalam mengobati sirosis hati pada manusia.

Tim dari Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC), Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, seperti dikutip dari crc.farmasi.ugm.ac.id, meneliti potensi panduratin A dalam rimpang temu kunci sebagai agen kokemoterapi. Ekstrak metanolik dari rimpang temu kunci mempunyai efek antimutagenik pada uji Amest tes. Panduratin A berpotensi dikembangkan sebagai agen kokemoterapi, khususnya untuk meningkatkan efektivitas terapi pada kanker kolon.

Senyawa panduratin A mampu menghambat aktivitas enzim Glutathione S-Transferase (GST). Penelitian dilakukan terhadapa sel T47D yang merupakan sel kanker payudara, Melalui simulasi docking molecular menggunakan software Molecular Operating Environment (MOE) lisensi Fakultas Farmasi UGM yang telah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa Panduratin A memiliki afinitas terhadap PI3K. Pada interaksi yang terjadi antaraATP (ligan native) dengan PI3K terjadi pada residu Serin 806, Asparagin951, danValin 882 (Gambar 3A). Sedangkan pada Panduratin A dengan PI3K menunjukkan adanya interaksi yang sarna yaitu pada residu serin 806 Melalui keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa kemungkinan mekanisme peningkatan aktivitas sitotoksik dari doxorubicin terhadap sel T47D adalah melalui afinitas yang terjadi antara PI3K-Panduratin A, yang menyebabkan PI3K tidak dapat memfosforilasi Akt dan mekanisme survival cell dapat dihambat, sehinga mencegah terjadinya resistensi sel T47D, selain itu PI3K merupakan salah satu protein anti-apoptosis, yang apabila dihambat aktivitasnya akibat terikat dengan Panduratin A proses apoptosis dapat berjalan dan menyebabkan kematian sel.

Senyawa panduratin A pada temu kunci juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Aktivitas antioksidan dari panduratin A mampu meredam radikal-radikal bebas, termasuk radikal oksida nitrit yang merupakan pemicu tumorigenesis. Secara in vitro, Panduratin A mampu menghambat pertumbuhan sel kanker HepG2 yang diinduksi dengan tert-butil hidroksi peroksida (t-BHP). Panduratin A menghambat kuat t-BHP yang merupakan senyawa induktor kanker dengan mekanisme pembentukan intermediet radikal bebas. Panduratin A dapat memproteksi sel HepG2 melaui perbaikan  kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh t-BHP  dengan cara peredaman radikal bebas (Sohn et al., 2005).

Penghambatan angiogenesis merupakan salah satu target yang strategis untuk pengobatan kanker.  Pemacuan angiogenesis untuk pembentukan pembuluh darah baru menuju sekumpulan sel tumor diperlukan untuk penyediaan nutrisi dan oksigen. Penghambatan angiogenesis dapat terjadi melalui penghambatan ekspresi faktor pertumbuhan pemicu sel-sel endotelial seperti vascular endothelial growth factor (VEGF). Panduratin A dapat menghambat proses angiogenesis melalui penekanan ekspresi enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Enzim COX-2 memiliki peran yang penting dalam pembentukan prostaglandin yang merupakan faktor pemicu ekspresi VEGF. Penekanan ekspresi VEGF akan menghambat angiogenesis (Yun et al., 2003).

 

Kontributor : Amel Daniela


CV. Nutrima Sehatalami : Produsen / Maklon Herbal || Health Food & Nutraceutical Company.  Alamat : Jalan Panorama 5 blok E no.14 RT.05/RW.05 Kelurahan Sindangbarang Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Telp. (0251) 8423291

REFERENSI

Sohn, J.H., Han, K.L., Lee, S.H., and Hwang, J.K., 2005, Protective Effects of Panduratin Against Oxidative Damage of tert-Butylhydroperoxide in Human HepG2 Cells, Biological and Pharmaceutical Bulletin, 28(6):1083-1086.

Yun ME, Johnson RR, Antic A, Donoghue MJ. 2003. EphA family gene expression in the developing mouse neocortex: regional patterns reveal intrinsic programs and extrinsic influence. J Comp Neurol. 456:203–216.

 

Tinggalkan Balasan

Close Menu