[ CV. Nutrima Sehatalami – Bogor ] Salah satu tanaman hijau yang sering dikonsumsi di Indonesia adalah seledri. Seledri adalah tanaman yang batangnya pendek sekitar 15 cm dengan lebar daun 2-3 cm dan tangkai daun 2 cm (Soewito, 1991). Seledri cocok tumbuh pada tanah yang mengandung humus tinggi, berpasir atau lempung berdebu dengan pH tanah 5,6-6,7 (Ashari, 1995). Setiap 100 g herba seledri mengandung air sebanyak 93 ml, protein 0,9 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 4 g, serat 0,9 g, kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg, yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg, dan nikotinamid 0,4 mg (Dalimartha, 2003). Akar tanaman seledri (Apium graveolens L.) yaitu akar tunggang yang menyebar kesamping dengan sekitar 5-9 cm dari pangkal batang. Tanaman seledri batangnya tidak berkayu, bentuk persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, dan berwarna hijau.
Seledri diindikasi dapat menurunkan kadar tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Tekanan darah merupakan tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkontraksi atau beristirahat. Menurut Aspiani (2014) bahwa hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lain (Susilo dan Wulandari, 2011). Suatu peningkatan dari tekanan darah sistole dan diastole meningkatkan resiko menimbulkan penyakit jantung (cardiac), penyakit ginjal (renal), pengerasan atau penggumpalan dari pembuluh darah (atherosclerosis atau arteriosclerosis), kerusakan mata, dan stroke (kerusakan otak). Pada awalnya diperkirakan bahwa kenaikan-kenaikan pada tekanan darah diastolik adalah suatu faktor resiko yang lebih penting dari pada peningkatan–peningkatan sistolik, namun sekarang diketahui bahwa pada orang-orang yang berusia 50 tahun atau lebih, hipertensi sistolik mewakili suatu resiko yang lebih besar (Susilo dan Wulandari, 2011). Efek samping obat antihipertensi menurut IONI (2008) :
- Diuretik: penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna, iritasi lambung, gangguan pengelihatan sementara, penekanan saluran pernafasan, lemas, hipokalemi, ganguan tidur, depresi, hiponatremi.
- Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor: hipotensi, pusing, sakit kepala, letih, mual (terkadang muntah), diare (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering persisten, turunnya berat badan, takikardi, nyeri punggung.
- Calcium Channel Blocker (Penghambat kanal Kalsium): gagal jantung, memperburuk gangguan konduksi, hipotensi pada dosis tinggi, konstipasi, muka merah, sakit kepala, edem pergelangan kaki, letih, gangguan tidur, gangguan saluran cerna, nyeri dada, dipsnea.
- Angiotensin II Receptor Blocker (Penghambat Reseptor Angiotensin II): hipotensi simtomatik termasuk pusing dapat terjadi terutama pada pasien dengan kekurangan cairan intravascular (missal yang mendapat diuretika dosis tinggi), hiperkalemi kadang terjadi, angioedema, nyeri otot, gangguan pengecap, lelah.
- Penghambat syaraf adrenergik atau simpatolitika: hipotensi postural, pusing, sakit kepala, letih, gangguan tidur, mual, mimpi buruk, berat badan naik, depresi, bronkospasme, berat badan naik, kehilangan libido dan impotensi, amenorea.
- Beta bloker: bradikardi, gagal jantung, hipotensi,gangguan konduksi, bronkospasme, vasokonstriksi perifer, gangguan saluran cerna, kelelahan, ganguan tidur, jarang ruam kulit dan mata kering (reversibel bila obat dihentikan), eksaserbasi psoriasis. Penderita diabetes yang mengkonsumsi obat ini perlu memantau respon insulin secara teratur.
- Antihipertensi yang bekerja sentral: mulut kering, sedasi, depresi, bradikardi, sakit kepala, ganguan tidur, ruam kulit, gangguan saluran cerna.
Berdasarkan efek samping diatas, maka seledri merupakan pilihan untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi. Salah satu kandungan yang terdapat di dalam seledri adalah apigenin. Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang. Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vasorelaksator atau vasodilator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme penghambatan kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium (mekanisme kerja seperti kalsium antagonis). Antagonis kalsium bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel otot, maka akan berkontraksi (Smeltzer, 2008).
Potasium (kalium) yang terkandung dalam seledri akan bermanfaat meningkatkan cairan intraseluler dengan menarik cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan keseimbangan pompa natrium–kalium yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Salah satu strategi dalam penanganan hipertensi adalah mengubah keseimbangan Na+. Perubahan keseimbangan Na+ biasanya dilakukan dengan pemberian diuretik secara oral. Mekanisme penurunan tekanan darah oleh diuretik adalah mula-mula obat diuretik menurunkan volume ekstrasel dan curah jantung kemudian akan mengurangi resistensi vascular. Magnesium dan zat besi yang terkandung dalam seledri bermanfaat memberi gizi pada sel darah, membersihkan dan membuang simpanan lemak yang berlebih, dan membuang sisa metabolisme yang menumpuk, sehingga mencegah terjadinya aterosklerosis yang dapat menyebabkan kekakuan pada pembuluh darah yang akan mempengaruhi resistensi vaskuler. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah akan menurun. Seledri juga memiliki kandungan vitamin C. Vitamin C memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosis yaitu mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol. Vitamin C meningkatkan laju kolesterol dibuang dalam bentuk asam empedu dan meningkatkan kadar HDL, tingginya kadar HDL akan menurunkan resiko menderita penyakit aterosklerosis, Penelitian klinis menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan kolesterol dan trigliserida pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol yang tinggi, tetapi tidak pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol yang normal. Secara khusus, seledri mengandung 3-n-butyl phthalide (3nB), suatu senyawa yang tidak hanya bertanggung jawab untuk bau yang khas seledri, tetapi juga telah ditemukan untuk menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi atau melemaskan otot-otot halus pembuluh darah (Saputra, 2016).
Seledri juga memiliki kandungan alami berupa fitosterol. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang mempunyai fungsi berlawanan dengan kolesterol bila dikonsumsi oleh manusia. Fitosterol diketahui mempunyai fungsi menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan mencegah penyakit jantung sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sitosterol adalah zat antihiperkolesterol dan mencegah deposisi kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah yang penting untuk mengobati kasus atherosklerosis. Khasiat fitosterol untuk menurunkan kadar kolesterol darah telah diakui secara klinis. Khasiat ini telah dimanfaatkan dalam dunia medis, yakni ekstrak fitosterol telah diberikan kepada Penderita hiperkolesterolemia (kadar kolesterol dalam plasma darah berlebihan) dalam usaha untuk mengurangi absorpsi kolesterol (Setiawan, 2010).
Kontributor : Arumdini
Nutrima Sehatalami : Produsen / Maklon Herbal || Health Food & Nutraceutical Company.
Alamat : Jalan Panorama 5 blok E no.14 RT.05/RW.05 Kelurahan Sindangbarang Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Telp. (0251) 8423291
REFERENSI
Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Buku. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 141–146 p.
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV Trans Info Media. 399 halaman.
Dalimartha S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa Swara, Jakarta.
IONI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Halaman 48-57.
Saputra, O., dan Triola Fitria. 2016. Khasiat Daun Seledri (Apium graveolens) Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Pasien Hiperkolestrolemia.
Setiawan S. Pengaruh air perasan herba seledri (Apium graveolens L)terhadap kadar kolesterol total darah tikus putih ( Rattus norvegicus ) [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010.
Smeltzer, Bare. Medical surgical nursing Phildelphia: Lippincott Williams& Wilkins; 2008.
Soewito. 1991. Bercocok Tanam Seledri. Titik Terang: Jakarta.
Susilo, Yekti & Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: C.V Andi Offset. 196 halaman.