Nutrien bee pollen terkandung dalam polen lebah meliputi karbohidrat, asam amino, vitamin dan mineral. Karbohidrat merupakan nutrien dengan presentase paling tinggi, yaitu sekitar 70%. Asam amino dalam polen lebah terdiri dari 18 asam amino, baik esensial maupun non-esensial dengan prolin dan lisin sebagai asam amino utama. Asam-asam amino lainnya adalah fenilalanin, tirosin, glutamat, dan asam aspartat. Senyawa fitokimia dalam polen lebah meliputi senyawa turunan flavonoid, alkaloid, dan asam askorbat.
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa senyawa fitokimia tersebut mendukung aktivitas bee pollen, baik sebagai zat antioksidan atau sebagai senyawa antibakteri. Senyawa turunan flavonoid dalam polen lebah diantaranya adalah pinosembrin, pinobanksin, krisin, galangin, kuersetin, luteolin, dan kaemferol (Miraglio, 2002). Asam-asam organik bee pollen berperan dalam menentukan rasa dan aktivitas antibakteri bee polen. Asam organik utama dalam polen lebah adalah asam glukonat. Asam-asam organik lainnya antara lain adalah asam butirat, asam asetat, asam formiat, asam laktat, asam suksinat, asam malat, asam sitrat, asam maleat, dan asam piroglutamat (Kartika, 2013).
Penelitian Sholikhah (2012) dalam analisis fitokimia ekstrak etanol bee pollen, positif mengandung senyawa flavonoid dan fenolik. Flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak dinding sel dari bakteri, dengan terganggunya dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel. Senyawa flavonoid berperan dalam perusakan fosfolipid pada membran sitoplasma bakteri, ion H+ dari flavonoid akan menyerang gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipid tidak mampu mempertahankan bentuk membran sitoplasma, akibatnya membran sitoplasma akan bocor dan zat-zat untuk metabolisme sel bakteri akan terbuang keluar hingga bakteri akan mati. Telah dibuktikan bahwa ekstrak etanol bee pollen memiliki aktivitas antibakteri yang kuat dalam efektivitas menghambat pertumbuhan bakteri patogen, contohnya pada bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan pada bakteri gram negatif Escherichia coli (Venskutonis, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB Press, Bandung.
Miraglio, A. M. 2002. Honey Health and Therapeutic Qualities. National Honey Board.http://www.biologiq.nl/UserFiles/Compendium%Honey%202002.p df honey health. (Diakses pada tanggal 23 Maret 2019)
Mulu, A., B. Tessema, and F. Derby, 2004. In vitro Assesment of The Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogens. Ethiop. J. Health Dev. 2004:18 (2).
Nurilmala M, Ochiai Y. 2016. Molecular characterization of southern bluefin tuna myoglobin (Thunnus maccoyii). Fish Physiology and Biochemistry. 42(5): 1407141Olson, et al., 2012, Poisoning & Drug Overdose, 6th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., United States, pp. 204, 278
Primajati SE. 2011. Deteksi Bakteri Patogen Salmonella spp dan Listeria Monocytogenes pada karkas ayam broiler segar yang beredar di kota Malang. (abstrak) Universitas Brawijaya. Malang
Sholikhah, M. 2012. Analisis Fitokimia dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak Produk Sarang Lebah Trigona incisa Terhadap Streptococcus sobinus dan Candida albicans. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuam Alam :UNMUL
Venskutonis. 2007. Antibacterial Activity of Honey and Beebread of Different Against S. aureus and S.epidermis.Journal Food Technology and Biotechnology,pp. 201-208.
World Health Organization (WHO). Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO; 2012.