Senyawa bioaktif dalam hanjeli dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan dua atau lebih komponen dengan menggunakan bantuan suatu pelarut yang tepat yang bertujuan untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam suatu sampel. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi suatu bahan tanaman adalah jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode ekstraksi, dan suhu yang digunakan dalam ekstraksi (Yulia Senja, dkk., 2014).
Hanjeli merupakan obat herbal tradisional di China karena mengandung senyawa-senyawa fitokimia yang berperan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antipyretik, antiseptik, antisplamodik, antineoplastik, hipoglikemik, hipotensif, sedatif, vermifuge, dan imuno-modulasi (Brown, 1995). Fitokimia merupakan komponen bioaktif non nutrien dari tanaman yang dikelompokkan sebagai karotenoid, fenolik, alkaloid, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa sulfur organik.
Kandungan fitokimia hanjeli adalah benzoxazinones, lignan, asam fenolik, fenolik alkohol, aldehida fenolik, gliserida fenolik, fenolik keton, flavonoid (naringenin, tricin), phytin, polisakarida (coixan A, B, C dan glukan), diol lipid (coixenolide), asam lemak, fosfolipid (fosfatidil kolin, phosphatidyl inositol, phosphatidyl serine), sphingolipid (cerebroside) dan steroid (campestanol, campesterol, bsitosterol, stigmasterol) (Wu et al., 2007). Akar, daun, dan biji dari tanaman hanjeli dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hanjeli juga dapat diolah menjadi produk roti, sup, dan cairan yang dipekatkan dari tepung atau rebusan biji (Kim et al., 2008).
Biji hanjeli memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti mencegah terjadinya sel kanker (Manosroi et al., 2016). Hanjeli menunjukkan efek anti kanker pada tumor paru, mampu menekan tahap awal kanker kolon, anti kegemukan, penurun kolesterol, memiliki senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan, kemampuan menangkap radikal bebas, dan kandungan total fenol dari biji utuh dan biji pecah kulit. Biji hanjeli mempunyai manfaat kesehatan, salah satunya disebabkan karena adanya kandungan antioksidan. Biji hanjeli mengandung beberapa senyawa polifenol yang memberikan aktivitas antioksidan (Kuo et al., 2002).
Selain itu, sterol utama yang terdapat pada biji hanjeli yaitu sitostanol, dapat menurunkan kadar kolesterol serum dengan menghambat penyerapan kolesterol. Bahkan biji hanjeli juga baik bagi usus dan dapat digunakan sebagai prebiotik karena mempunyai efek modifikasi terhadap beberapa bakteri usus (Chung et al., 2011).
Penulis : Elia Herlina Dwiyanti
Sumber :
Brown, T. A. 1995. Gene cloning, an introduction. 3 rd . ed. Chapman & Hall. p. 228-38.
Chung, C. P., Hsia, S. M., Lee, M. Y., Chen, H. J., Cheng, F., Chan, L. C., … Chiang, W. 2011. Gastroprotective activities of adlay (Coix lachryma-jobi L. var. ma-yuen Stapf) on the growth of the stomach cancer AGS cell line and indomethacin-induced gastriculcers. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 59(11): 6025–6033.
Kim, W. G. and Moon, Y.J. (2008), “Customers’ Cognitive, Emotional, and Actionable Response to the Servicescape: A Test of the Moderating Effect of the Restaurant Type”, International Journal of Hospitality Management.
Kuo, C. C., Chiang, W., Liu, G. P., Chien, Y. L., Chang, J. Y., Lee, C. K. 2002. 2,2’-Diphenyl-1-picrylhydrazyl radical-scavenging active components from adlay (Coix lachryma-jobi L. Var. ma-yuen Stapf) hulls. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50: 5850-5855.
Manosroi, A., M. Sainakham, dan C. Chankhampan. 2016. In vitro Anti-Cancer Activities of Job’s Tears (Coix lachryma-jobi Linn.) Extracts on Human Colon Adenocarcinoma. Saudi J. Biolog. Sci. 23: 248–256.
Wu, T. T., Charles, A. L., & Huang, T. C. 2007. Determination of the contents of the main biochemical compounds of adlay (Coxi lachrymal-jobi). Food Chemistry, 104(4): 1509–1515.
Yulia Senja, R., Issusilaningtyas, E., Kharis Nugroho, A., & Prawita Setyowati, E. 2014. The Comparison of Extraction Method and Solvent Variation on Yield and Antioxcidant Activity of Brassica oleracea L. var. capitata f rubra Extract. Traditional Medicine Journal, 19(191): 43–48.