Temulawak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan ekstrak segar Curcuma lainnya. Pengaruh yang diberikan terlihat dari diameter zona hambat yang terbentuk. (Dapus : Mangunwardoyo W, Deasywaty, Usia T. Antimicrobial and identification of active compound Curcuma xanthorrhiza Roxb. IJBAS-IJENS. 2012; 12(1): 71-3.)
Respon daya hambat pertumbuhan mikroba yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam rimpang Curcuma seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, kurkuminoid dan terpenoid. Senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel. Flavonoid juga dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan mikroba.
Rimpang temulawak bermanfaat untuk mengobati sakit maag, diare, ambeien, batuk, asma dan sariawan serta penambah nafsu makan. Temulawak memiliki tujuh khasiat yaitu untuk memperbaiki nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara fungsi hati, meredakan nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah dan antioksidan.
Kandungan dalam temulawak berisi senyawa-senyawa kimia yang memiliki kandungan aktif secara fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak berfungsi sebagai anti- bakteria, anti-kanker, anti-tumor, serta mengandung antioksidan. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak berkisar 1-2% dan kandungan minyak atsiri dalam temulawak berkisar 3-12%. Ekstrak rimpang temulawak bersifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis, Bacillus cereus, Streptococcus mutans yang merupakan bakteri gram positif.
Pengolahan temulawak menjadi berbagai pangan olahan dapat menarik minat masyarakat untuk mengonsumsi temulawak. Dalam bentuk produk olahan pangan, rasa dan aroma khas temulawak dapat tertutupi. Penyajian dan pengemasan yang menarik meningkatkan minat konsumen pada produk olahan temulawak. Produk makanan dengan fortifikasi temulawak mempunyai keunggulan dari sisi kesehatan. Masa simpan temulawak juga meningkat sehingga akan meningkatkan nilai tambah temulawak.
Penggunaan temulawak sebagai pewarna alami bahan pangan diharapkan akan menggeser penggunaan pewarna sintetis yang selama ini sering digunakan. Peraturan penggunaan bahan pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk makanan sudah diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan. Dalam kenyataannya sering terjadi pemakaian bahan pewarna yang berbahaya untuk makanan (Anzar 2016).
Temulawak berpotensi sebagai pewarna alami pada makanan karena warnanya kuning cerah. Kurkumin bermanfaat bagi tubuh karena dapat menghambat pertumbuhan sel kanker (Cheah et al. 2006). Olahan pangan temulawak mempunyai nilai tambah yang bermanfaat bagi kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa temulawak berpeluang dikembangkan sebagai pangan fungsional karena selain budi dayanya mudah, juga mempunyai manfaat untuk kesehatan. Temulawak mengandung kurkumin, pati, dan minyak atsiri yang dibutuhkan oleh tubuh.
Penulis : Gregorius Bagaskoro