Rimpang temulawak mengandung bahan aktif yang potensial untuk kesehatan antara lain xanthorrizol, kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak berkisar 1-2% dan kandungan minyak atsiri dalam temulawak berkisar 3-12% (Anand, P. Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. J Mol Pharmaceutics. 2007; 4(6): 807-18.)
Rimpang temulawak banyak dipergunakan sebagai bahan baku obat tradisional sebagai jamu, herbal terstandar dan obat fitofarmaka. Ekstrak temulawak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus, E. coli, Penicilium sp dan Rhizopus oryzae serta dapat juga menghambat Salmonella thypii (dapus : Padiangan M. Stabilitas antimikroba ekstrak temulawak (curcuma xanthorrhiza) terhadap mikroba patogen. Media Unika. 2010; 73(4): 365-73.)
Turunan senyawa fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen dan dapat merubah permeablitas membran sel. Penghambatan pertumbuhan bakteri diduga karena adanya aktivitas dari senyawa fenol. Penetrasi fenol dengan kadar yang tinggi ke dalam sel dapat menyebabkan koagulasi protein dan lisis pada membran sel.
Mekanisme penghambatan senyawa fenol adalah melalui pembentukkan ikatan hidrogen antara gugus hidroksil pada senyawa fenol dengan protein membran sel yang menyebabkan gangguan terhadap permeabilitas membran sehingga komponen sel yang esensial keluar dari dalam sel dan menyebabkan kematian bakteri.
Ekstrak temulawak 70% diduga mengandung minyak atsiri yang teroksigenasi yaitu Xanthorizol yang termasuk senyawa sesuiterpenoid.20 Senyawa kimia aktif yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak adalah golongan terpenoid yaitu xanthorizol.
Penulis : Gregorius Bagaskoro