Ekstrak Daun Karamunting (Melastoma malabathricum L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Penyebab Diare (Page 2)

Hasil penelitian menunjukkan daun karamunting mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid, saponin, tannin, steroid, dan triterpenoid (Dwicahmi, 2015). Beberapa senyawa organik dari daun karamunting telah diisolasi antara lain senyawa golongan flavon glikosida seperti myrisetin-3-O-α-L-rhamnoshida dan golongan ellagitannin seperti 2,3-heksahidrosksidifenol-D-glukosa (Hou et al., 1999). Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air mempunyai aktivitas antara lain sebagai antimikroba, antioksidan, antibakteri, antijamur, antivirus, hepatoprotektif, antiinflamasi, dan antidiabetes (Tapas et al., 2008).

Ilustrasi tanaman kemunting atau karamunting (Rhodomyrtus tomentosa), daun kemunting.(WIKIMEDIA COMMONS/MOKKIE)

Menurut Napisah et al. (2011). M. malabathricum atau karamunting dipakai sebagai obat tradisional untuk diare, mempercepat penyembuhan luka, menurunkan tekanan darah tinggi, mengobat kencing manis, mencegah bekas cacar air, dan menyembuhkan ambeien. Ekstrak daun karamunting memiliki aktivitass antioksidan yang besaar (Lavanya et al., 2012). Antioksidan didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk senyawa nonradikal bebas yang tidak reaktif dan relatif stabil (Djamil dan Anelia, 2009). Namun, aktivitas antimikroba ekstrak daun karamunting terhadap bakteri penyebab diare harus diteliti lebih lanjut.

            Pengujian yang dilakukan pertama kalinya adalah pembuatan ekstrak daun karamunting. Simplisia daun karamunting sebanyak 2 kg dimasukkan ke dalam wadah maserasi, ditambahkan etanol 96% sampai semua simplisia terendam dan dibiarkan selama 3 hari dalam toples kaca tertutup terlindung daro cahaya sambil diaduk berulang-ulang kali, setelah 3 hari simplisia disaring dan dipisahkan antara maserat dengan ampas, maserat tersebut diuapkan menggunakan Rotary Evaporator. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan disc diffusion method (metode Kirby-Bauer) dengan mengukur diameter zona hambat (Fishbach dan Dunning, 2015). Mikroba yang akan diuji adalah bakteri standar ATCC sebanyak lima macam, yaitu E.coli ATCC, S.sonnei ATCC, P.aeruginosa ATCC, C.jejuni ATCC, dan E.cloacae ATCC. Hasil yang didapatkan adalah ekstrak daun karamunting menunjukkan adanya zona hambat pada semua jenis bakteri standar. Aktivitas antimikroba ditunjukkan oleh ekstrak etanol daun karamuntingyang mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif standar ATCC, seperti E. coli, S. sonnei, C. jejuni, E. cloacae, dan P. aeruginosa. Ekstrak daun karamunting konsentrasi 100% memiliki zona hambat paling besar dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.

Bangka Pos/Adelina Nurmalitasari

Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun karamunting memiliki zona hambat, semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi zona hambat bakteri tersebut. Adanya kandungan senyawa fenol, flavonoid, saponin, dan tannin diduga munculnya zona hambat sebagai antibakteri (Rahayu, 2006; Syarif et al., 2011; Cushnie et al., 2005). Zona hambat yang terbentuk disebabkan adanya zat-zat aktif yang terkandung dalam daun karamunting seperti alkaloid dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri (Syahrurachman et al., 2010; Sulistiawati, 2011). Adanya kandungan saponin mengindikasikan tumbuhan memiliki aktivitas antioksidan sebagai radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). Adanya kandungan tannin pada tumbuhan mengindikasikan bahwa tumbuhan dapat berfungsi sebagai obat-obatan. Selain itu, tannin mempunya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein. Efek antibakteri tannin antara lain melalui reaksi dengan membrane sel, inaktivasi enzim, dan inaktivitas fungsi materi genetik.

            Hasil penelitian ini sesuai dengan review yang dibuat oleh Joffry et al (2012) bahwa ekstrak M. malabathricum memiliki aktivitas antimikroba terhadap E. coli, S. aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae Bacillus cereus, B. subtilis, B. licheniformis, B. brevis, P. Aeruginosa, Vibrio cholerae, dan Shigella flexneri. Ekstrak M. malabathricum juga menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap E. coli Multiple Drug Resistance (MDR) dan Methicillin-resistant S. aureus (MRSA) (Rajenderan, 2010). Selain itu, penelitian oleh Omar et al (2012) juga menunjukkan bahwa ekstrak karamunting memiliki aktivitas antimikroba terhadap Alcaligenes faecalis, Serratia marcescens, Proteus mirabilis, P. vulgaris, S. sonnei, dan S. dysenteriae. Aktivitas antimikroba M. malabathricum diduga disebabkan oleh adanya fitokimia seperti terpenoid, flavonoid, steroid, saponin dan alkaloid dalam ekstrak tumbuhan. Beberapa komponen fitokimia seperti glikosida, saponin, tanin, flavonoid, terpenoid dan alkaloid memang menunjukkan aktivitas antimikroba (Devi et al, 2012).


DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella thypimyurium Terhadap Ekstrak Psidium guajava L. Bioscientiae Vol 1 No 1 Januari. Hal 31-38

Astuti, J., 2008. Aktivitas Antiokasidan Dari Ekstrak Daun Tahongai( Kleinhovia hospita). Skripsi Sarjana Kehutanan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.

Camilleri M, Murray JA. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Chapter 55. Diarrhea and Constipation. Nineteenth Edition. 265-274. McGraw Hill Education. New York.

Ciesla WP, Guerrant RL. 2003. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books. 225-68.

Cushnie T, Lamb AJ., 2005, Antimicrobial activity of flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents, Vol. 26: 343-56.

Dwicahmi, Prisa. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Vibrio Cholerae Secara In Vitro. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3 (1).

Ganapathy S, Karpagam S. 2016. In vitro evaluation of antibacterial potential of Andrographis paniculata against resistant bacterial pathogens Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and Multiple Drug Resistant Escherichia coli (MDR E. coli). International Journal of Bioassays. 5(3): 4879-4881.

Guerrant RL., Gilder TV, Steiner TS, et al. 2001. Practice Guidelines for the Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases. 32: 331-51.

Hou, A. J. L., Y. J. Wu & Y. Liu. 1999. Flavone Glycoside an Ellagitannin from Downy Rosmyrtle (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk). Zhongcaoyao, 30, 645.

Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami. Cetakan Ke-1. Trubus Agrisarana: Surabaya.

Lung E, Acute Diarrheal Disease. In; Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. 2003. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical Books. 131-50.

Rahayu, I. D. 2006. Aloe barbadensis Miller dan Aloe chinensis Baker sebagai Antibiotik dalam Pengobatan Etnoveteriner Unggas secara In Vitro. Jurnal Protein Vol 13 No 1, Universitas Muhamadiyah Malang,

Sulistiawati, N.A.D.I. 2011. Pemberian Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Konsentrasi75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofag Daripada Konsentrasi 50% dan 25% pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan‟. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Syahrurachman, A., Chatim, A., Santoso, A.U.S., Isjah, L., Lintong, M., Sumatmadja, S., et al. 2010, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Tanggerang Indonesia.

Syarif, A., Estuningtyas., A., Muchtar, H.A., Arif, A., Bahri., Suyatna, F.D.,et al. 2011, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Universitas Indonesia, Jakarta. Indonesia.

Tapas, A.R., Sakarkar, D.M., & Kakde, R.B. 2008. Flavonoids as Nutraceuticals. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 7(3), 1089-1099.

World Health Organization. 2017. WHO publishes list of bacteria for which new antibiotics are urgently needed. http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2017/bacteria-antibiotics needed/en/

Zuhud, E.A.M. 1997. Mencari Nilai Tambah Potensi Hasil Hutan Non Kayu Tumbuhan Obat Berbasiskan Pemberdayaan Masyarakat Tradisionnal Sekitar Hutan. Makalah Seminar Tentang Mencari Nilai Tambah Potensi Hasil Hutan Non Kayu Untuk Tanaman Obat. Cisarua, Bogor 27 Maret 1997.

Tinggalkan Balasan

Close Menu