Madu sebagai bahan alami yang dihasilkan oleh lebah telah digunakan masyarakat Indonesia sejak dahulu karena khasiatnya dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain memproduksi madu, lebah juga menghasilkan produk lain seperti royal jelly, pollen, dan propolis. Propolis adalah bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai jenis tumbuhan, terutama dari bagian kuncup dan daun. Setiap jenis lebah memiliki sumber resin tertentu sehingga komposisi propolis sangat bervariasi.
Berdasarkan beberapa substansi yang terdapat pada propolis dari beberapa tempat, secara garis besar propolis mengandung asam aromatik dan ester, chalcones, flavonoid, terpenoid dan waxy acid. Sebagian besar aktivitas biologis dari propolis berasal dari adanya flavonoid.(25).
Penelitian yang dilakukan Park et al pada tahun 2002 menunjukkan bahwa secara umum propolis mengandung resin dan balsam (50 – 70%), minyak essensial dan lilin lebah (30 – 50%), pollen (5-10%) dan beberapa kandungan lain seperti asam amino, mineral, vitamin A, B kompleks, E dan substansi bio-kimia yang sangat aktif yaitu flavonoid, fenol dan komponen aromatik lain. Propolis mengandung dua belas macam flavonoid yang berbeda seperti : apigenin, tt-farnesol, quercetin, pinocembrin, acacetin, chrysin, rutin, katekin, naringenin, galangin, luteolin, kaempferol, dan myricetin, dua phenolic acid, cinnamic acid dan caffeic acid, dan satu derivat stilbene, resveratrol.(25) Propolis mengandung beberapa mineral seperti Mg, Ca, I, K, Na, Cu, Zn, Mn dan Fe dan beberapa vitamin seperti B1, B2, B6, C dan E serta beberapa asam lemak. Propolis juga mengandung beberapa enzim seperti succinic dehydrogenase, glucose-6-phosphatase, adenosine triphosphatase dan acid phosphatase.(10)
Ikeno et al meneliti efek propolis terhadap pertumbuhan dan aktivitas enzim glycosyltransferase pada pertumbuhan Streptococcus mutans PS14, Streptococcus sorbinus 6715 dan Streptococcus circuits OMZ61 secara in vitro didapatkan bahwa sintesis glukan dan aktivitas enzim glycosyltransferase dapat dihambat. Koo et al di Brazil menyatakan bahwa efek antibakteri dari propolis on S. mutans, S. sanguis and A. naeslundaii terdapat pada inhibisi enzim glycosyltransferase.(28)
Propolis mengandung flavonoid apigenin dan tt-farnesol yang mempunyai fungsi dalam menghambat proses pembentukan plak. Mekanisme kerja apigenin dalam mencegah pembentukan plak melalui penghambatan aktivitas enzim glucosyltransferase S.mutans sehingga pembentukan polisakarida ekstraselular terhambat oleh bakteri. Sedangkan tt-farnesol menunjukkan kemampuan antibakterial yang tinggi dengan menghambat pertumbuhan dan metabolisme S.mutans dengan mengganggu pembentukan membran bakteri.
Kandungan flavonoid apigenin dan tt-farnesol dalam propolis dapat menghambat pembentukan plak gigi sesuai dengan penelitian Koo et al., 2002 yang menunjukkan bahwa kedua komponen tersebut dapat menghambat akumulasi dan komposisi polisakarida dari lapisan biofilm S.mutans tanpa mengganggu kelangsungan hidup dari bakteri. Apigenin dan tt-farnesol memiliki kemampuan bakteriostatik sehingga dapat mengatasi infeksi rongga mulut tanpa membunuh mikroorganisme normal dan tidak menimbulkan resistensi bakteri.
Junior et al., melaporkan bahwa ethanolic extract of propolis (EEP) mampu meningkatkan efek antibakteri dari berbagai antibiotika antara lain, kloramfenikol, gentamisin, netilmisin, tetrasiklin dan vankomisin terhadap Sthapylococcus aureus. (Junior et al, 2005). Stepanovic et al., juga melaporkan bahwa EEP mampu meningkatkan efek antibakteri dari antibiotika: ampisilin, ceftriakson, doksisiklin, nalidixic acid dan trimetroprim/sulfametoksazol terhadap S.aureus yang resisten terhadap antibiotika ersebut. Sedang pada K. pneumoniae EEP mampu meningkatkan efek antibakteri dari ampisilin, amikasin, nalidixic acid dan trimetroprim/sulfametoksazol (Stepanovic et al., 2003).
Hegazi et al., melaporkan bahwa propolis memiliki efek antibakteri terhadap S.aureus, E.coli dan Candida albicans yang berbeda-beda tergantung pada asal dari propolis (Hegazi et al., 2001). El Hady juga melaporkan hal yang sama (EI Hady, et al., 2001).
Takasi et al., (1994) menyatakan bahwa propolis dapat mempunyai efek antimikroba dengan cara mencegah pembelahan sel sehingga menghasilkan bahan yang disebut sebagai Pseudo Multicellular Strepthococus. Lagipula propolis dapat mengacaukan Sitoplasma, membrane Sitoplasma dan dinding sel yang menyebabkan bacteriolysis parsial dan menghambat sintesa protein. Sudah terbukti bahwa mekanisme kerja propolis thd sel bakteri sangatlah kompleks. Penelitian dengan Microcalorimetric dan mikroskop elektron terhadap bentuk kerja dari propolis sebagai antimikroba yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mencegah pembelahan sel sehingga menghasilkan bentukan Pseudo Multicellular Strepthococus. Mekanisme kerja propolis sangatlah kompleks sehingga tidak dapat dibuat bentuk klasik sebagai antibiotika.
Sifat antimikroba dan antibiotika pada propolis dapat menggantikan sifat antibiotik yang digunakan pada produk penyegar mulut maupun pasta gigi. Namun berbeda dengan senyawa sintetis, propolis dapat dikonsumsi dan memiliki khasiat
lain yaitu memelihara kesehatan tubuh sehingga sangat cocok untuk dikembangkan dalam bentuk permen yang bertahan lama di mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja V. Ahuja A. Apitherapy : A Sweet Approach to dental diseases Part II : Propolis. Journal of Academy of Advanced Dental Research. 2011; 2(2):1-8. Available from: http://www.ispcd.org/~cmsdev/userfiles/rishabh/01Ahuja.pdf
Mahmoud Lotfy. Biological Activity of Bee Propolis in Health and Disease. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention.2006;7:22-31. Available from: http://www.apocp.org/cancer_download/Volume7_No1/Lotfy.pdf
Ahmed G. Hegazi . Propolis An Overview. (serial online) (cited 2011 Okt 03). Available from : www.apinetla.com.ar/congreso/c05.pdf
Finstrom MS, Spivak Marla. Propolis and bee health: the natural history and significance of resin use by honey bees. Apidologie. 2010; 41:295–11. Available from: http://www.apidologie.org/index.php?option=com_article&access=standard&Itemid=129&url=/articles/apido/pdf/2010/03/m09142.pdf
Liberio SA, Pereira LA, Araujo MJ, Dutra RP, Nascimento FRF, Neto VM, et al. The potential use of propolis as a cariostatic agent and its actions on mutans group streptococci. Journal of Ethnopharmacology. 2009; 125(1):1–9. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378874109002815
Khalid Almas, Afaf Dahlan, Ameira Mahmoud. Propolis as a natural remedy: An update . Saudi Dental Journal. 2001;13:45-49. Available from: http://www.sdsjournal.org/component/docman/doc_download/156-200113-1-45-49
H. Koo, M. F. Hayacibara, B. D. Schobel, J. A. Cury, P. L. Rosalen, Y. K. Park, et al. Inhibition of Streptococcus mutans biofilm accumulation and polysaccharide production by apigenin and tt-farnesol. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2001; 52(5):782-89. Available from: http://jac.oxfordjournals.org/content/52/5/782.short
Junior AF, Dalestrin AC, Betoni JEC, Orsi RO, da Cunha MLRS, Montelli AC, 2005. Propolis: Anti-Staphylococcus aureus activity atid Synergism with Antimicrobial drugs. Mem Inst Oswaldo Cruz, 100(5): 563-566.
Stepanovic S, Antic N, Dakic I, Vlahovic MS, 2003. In Vitro Ahtimicrobial Activity of Propolis and Synergism between propolis and antimicrobial drugs. Microbiol. Res. 158: 353-357.
Hegazi AG, El Hady AFK, 2001. Egyptian Propolis: 1-Antimicrobial Activity and Chemical Composition of Upper Egypt Propolis. Z. Naturforsch.56c:82-88.
Takasi, Kikuni NB. Schilr, H. 1994. Electron microscopic investigation of the possible Mechanism of the untibacterial action of propolis. Provenance planta Med., 60 (3). 222 – 227.