Edible coating merupakan salah satu lapisan tipis yang rata, dibuat dari bahan yang dapat dikonsumsi, biodegradable, dan dapat berfungsi sebagai barrier agar tidak kehilangan kelembaban, bersifat permeable terhadap gas-gas tertentu, serta mampu mengontrol migrasi komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan nutrisi buah-buahan.
Edible coating sebagai lapisan tipis yang dapat dimakan umumnya digunakan pada makanan dengan cara pembungkusan, pencelupan, penyikatan atau penyemprotan, untuk memberikan penahanan yang selektif terhadap perpindahan gas, uap air, dan bahan terlarut serta perlindungan terhadap kerusakan mekanis (Gennadios dan Weller, 1990). Buah pisang yang mudah mengalami penurunan kualitas atau mengalami kerusakan diperlukan edible coating untuk melapisi buah pisang sehingga dapat mempertahankan kualitas dan umur simpan pisang sehingga mempunyai kualitas dan umur simpan yang baik sampai pada konsumen.
Edible coating ini biasanya digunakan dan dibentuk di atas permukaan produk seperti buah untuk mempertahankan mutu produk. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan edible coating adalah hidrokoloid (protein, pektin, alginate, selulosa, dan lain-lain), lipid (asam stearate, asam palmitat, dan lain-lain), dan komposit (campuran antara bahan hidrokoloid dan lipid).
Bahan plasticizer juga merupakan bahan tambahan untuk meningkatkan kualitas edible coating (Krochta, 1992). Konsentrasi setiap bahan penyusun composite edible coating sangat mempengaruhi kemampuan composite edible coating di dalam mempertahankan dan meningkatkan daya simpan buah-buahan.
Penggunaan formulasi lilin lebah dengan propolis sebagai pelapis dapat membentuk polimer, aman untuk dikonsumsi menurut kriteria GRAS dan dapat meningkatkan fungsional lilin. Sifat penting dari pelapis tersebut adalah mampu melindungi produk dari kontaminasi (Chen et al., 1998; Krochta dan De Mulder-Johnstion, 1997). Karakteristik dari lilin lebah adalah mempunyai warna kekuningan, mengeras pada suhu ruang dan getas pada suhu di bawah 7oC, sifat kembali menjadi lunak pada suhu 35oC, densitas 0,09, titik lelehnya pada suhu 60-65oC.
Selain itu, lilin lebah mempunyai sifat plastisitas tinggi dibawah suhu 32oC, tidak larut air dan tahan asam. Lilin lebah merupakan turunan petrolium yang mengandung asam lemak rantai panjang dan kandungan bahan lainnya yang sangat dipengaruhi oleh asal tanaman dimana lebah pekerja mencari makan. Adanya perbedaan yang signifikan lilin lebah dengan lilin yang disadap dari tanaman, hal ini disebabkan oleh lebah pekerja mengolah lilin tanaman dengan delapan macam glandula yang ada di dalam perut lebah yang dicampur saliva dan enzim, sehingga menghasilkan lilin yang lembut dan elastis.
Selanjutnya page 3….
Sumber :
Penulis : Michelle
Chen, M. Catherine J. and D. Donely, 1998. Edible and bioedible film. J. Food Sci., 2 (3): 134-176.
Gennadios, A. and C.L. Weller. 1990. Edible Film and Coatings from Wheat and Corn Protein. J. Food Technol. 44 (10) :63.
Krochta, J.M. and De Mulder-Johnston C. 1997. Edible and Biodegradable Polymer Films: Challenges and Opportunities. Food Technol., 51(2):61-74.