Penelitian tentang aplikasi tanaman obat di Indonesia masih sangat terbatas dibandingkan dengan negara lain. Sebagian besar masyarakat mengenal bentuk racikan obat tanaman atau jamu. Beberapa penelitian tanaman obat digunakan sebagai anti mikroorganisme agen penyakit telah mulai dilakukan secara in vitro, dalam hal ini penelitian untuk obat anti jamur sejumlah tanaman obat telah dilaporkan. Salah satunya aplikasi tanaman obat di Indonesia adalah tanaman sarang semut. Sarang semut merupakan sebuah tanaman yang biasanya di tinggali oleh koloni semut di dalamnya. Bukan seperti yang dibayangkan bila mendengar namanya, sarang semut yang berada di sekitaran tanah atau semacamnya. Menurut Borror et al. (2005) kebiasaan-kebiasaan makan semut agak beragam. Banyak yang bersifat karnivor, makan daging hewan-hewan lain (hidup atau mati), beberapa makan tanaman-tanaman, jamur, cairan tumbuhan, bakal madu. Semut di dalam sarang seringkali makan sekresi individu-individu lain, dan pertukaran makanan antara individu-individu.
Sarang semut (Myrmecodia pendans) merupakan tanaman yang berasal dari Papua, Indonesia yang secara tradisional telah digunakan oleh penduduk asli Papua untuk mengobati berbagai penyakit. Sarang semut tumbuh pada dahan atau batang tumbuhan. Di alam, akar umbi Sarang Semut biasanya terjuntai pada cabang-cabang tanaman tanpa jumlah substrat yang signifikan, sehingga bergantung kepada proses simbiosis untuk kebutuhan nutrisinya. Tanaman ini menghantarkan sari makanan dan air melalui bongkot coklat keabu-abuan yang mengembang dan ditumbuhi duri-duri. Batangnya yang tebal dan tidak bercabang terbungkus oleh klipeoli dan alveoli yang juga mengandung duri dan dipenuhi oleh daun-daun kecil. (Subroto dan Saputra, 2006). Secara taksonomi tumbuhan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Lamiidae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Myrmecodia dan Hydnophytum
Spesies : Hydnophytum formicarum Jack, Myrmecodia tuberosa Jack, dan Myrmecodia pendens Merr. & L.M.Perry.
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah daging hipokotil (caudex). Pada bagian hipokotil terdapat domatia atau labrin atau labirin yang dihuni semut. Kandungan zat – zat bermanfaat yang telah diketahui yang terdapat di dalam sarang semut diantaranya adalah zat antioksidan, zat inhibitor xanthine oxidase, flavonoid, tanin, tokoferol, dan polisakarida. Disamping zat tersebut terdapat juga multimineral berupa kalsium, natrium, kalium, seng, besi, fosfor, dan magnesium (Natural, 2006). Secara umum, kegunaan tanaman obat sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki. Flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme bakteri atau virus, selain itu favonoid juga bertindak sebagai antioksidan yang dapat membentuk mekanisme pertahanan sel terhadap kerusakan radikal bebas. Senyawa fenol dalam tannin bersifat adstrigensia atau pengelat, mempunyai daya antiseptic. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di dalam tumbuhan sarang semut terkandung flavonoid yang cukup tinggi dimana terkandung lima flavonoid yaitu kaempferol, luteolin, rutine, quercetin dan apigenin. Flavonoid pada tanaman sarang semut dinilai sebagai zat antioksidan yang bersifat kuat karena kemampuan untuk memberikan hidrogen atau electron untuk membentuk radikal intermediet yang stabil (Wang dkk, 2007). Tanaman ini juga mengandung senyawa tanin,polifenol, dan glikosida
Secara empiris sarang semut telah terbukti dapat menyembuhkan beragam penyakit ringan dan berat, seperti kanker dan tumor, asam urat, jantung koroner, wasir, TBC, migrain, rematik, gangguan fungsi ginjal, prostat dan leukemia (Huxley, 1993). Penyakit yang paling ditakuti adalah penyakit degeneratif seperti kanker, pertama karena biaya pengobatannya yang mahal dan tidak ada jaminan bagi penderitanya untuk sembuh secara total atau sewaktu – waktu dapat kambuh kembali. Hingga saat ini teknik pengobatan yang kanker yang lazim dilakukan adalah dengan cara pembedahan, radioterapi dan kemoterapi yang memerlukan waktu sangat panjang. Yang dimana memakan banyak biaya untuk melakukan pengobatan tersebut. Masyarakat dan para ahlipun semakin banyak yang mencari cara lain yang dapat dilakukan untuk penyembuhan atau pengobatan penyakit yang di takuti ini. Penggunaan sarang semut sebagai obat herbal anti kanker pada penelitian dibuktikan oleh Qui Kim Tran dari University National of Hochimich City berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat menekan pertumbuhan sel tumor dan invasi sel kanker. Selain itu, ditemukan efek induksi apoptosis signifikan. Apoptosis adalah suatu kematian sel yang terprogram atau programmed cell death. Sekali terjadi aktivasi akan menyebabkan reaksi enzymatik intraseluler. Hasil ini menunjukkan bahwa sarang semut memiliki aktivitas antitumor yang berpotensi tinggi terhadap serangan kanker pada manusia.
Kehilangan kontrol siklus sel normal memainkan peran penting dalam sebagian besar jenis tumor yang menjadi kanker. Siklus sel dimodulasi oleh interaksi beberapa molekul, termasuk cyclins, cyclin-activating kinase (CAK), cyclin-dependent kinase (CDK) dan cyclin-dependent kinases inhibitor (CDIs). Selain perannya sebagai CDI, p27Kip1 yang merupakan gen penekan tumor, pengatur resistensi obat pada tumor (benjolan padat), dan promotor apoptosis. Sarang semut menunjukkan aktivitas antitumor yang kuat melalui induksi p27Kip1 dan penekanan cyclin E.
Sarang semut dapat di konsumsi dengan berbagai macam cara dengan cara tradisional, penyerbukan ataupun kapsul. Biasanya masyarakat Indonesia mengkonsumsinya dengan cara tradisional dengan menjadikan sarang semut menjadi teh herbal. Cara tradisional ini dipilih karena mudah, sarang semut yang sudah kering dapat langsung direbus seperti teh dan disaring untuk memisahkan sarang semut dengan air teh herbal yang dihasilkannya. Warna yang di hasilkan dari teh herbal sarang semut ini sedikit kemerahan bata, menghasilkan rasa yang tawar, dan menimbulkan efek kesegaran sehingga lebih disukai masyarakat Indonesia.
Pengonsumsian obat herbal ini perlu di ikuti dengan pola hidup yang sehat juga, misalnya dengan menghindari makanan cepat saji, memperbanyak konsumsi sayuran, memperbanyak konsumsi vitamin dan sumber antioksidan, diikuti dengan olahraga dan tidur yang cukup. Pengobatan dengan tanaman sarang semut ini telah dibuktikan oleh berbagai macam orang yang hasilnya bisa dianggap positif, selain memperkecil besarnya penyebaran kanker ataupun tumor hingga hilangnya sel kanker atau tumor tersebut. Beberapa dokter di rumah sakit terkenalpun saat ini mulai menganjurkan pengonsumsian sarang semut bagi penderita kanker, karena obat herbal tanaman sarang semut ini tidak memiliki efek samping yang tidak baik didalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D,J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, N.F., 2005. Study of Insects. 7 th Edition.
Thomson Brooks/Cole. Australia, Canada, Singapura, Spain, United Kingdom, United Stated.
Huxley, C.R. 1993. The tuberosus epiphytes of the rubiaceae 6:
A taxonomic history of the hydnophytinae. Blumea 37: 335-340.
Natural. 2006. Senyawa aktif bersarang di sarang semut. Majalah. Jakarta. Hal 18–19.
Subroto M.A. dan H. Saputro. 2006. Gempur penyakit dengan sarang semut. Penebar Swadaya. Jakarta.