Mempertimbangkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan propolis memiliki aktivitas anti tuberkulosis dan sekaligus aktivitas hepatoprotektif, maka propolis berpotensi menjadi pelengkap OAT untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan status gizi penderita Tbc paru.
Toreti et al. (2013) telah mereview senyawa yang terkandung dalam propolis yang bertindak sebagai antibakteri dan antibiotika yaitu flavanones, flavones, phenolic acids beserta esternya, prenylated p-coumaric, labdane diterpenes, prenylated flavonones dan prenylated benzophenones. Review yang dilakukan Cantrell et al. (2001) menyebutkan bahwa senyawa golongan diterpen, triterpen dan sesquiterpen memiliki aktivitas anti mikobakteria, bahkan sebagian turunannya menunjukkan aktivitas anti tuberkulin mendekati OAT.
Hasil riset Katerere et al. (2012) mengungkapkan bahwa pinochembrin memiliki aktivitas anti mikobakterial dan dikatakannya bahwa senyawa ini aktivitasnya akan meningkat bila dibarengi dengan fitokimia lain. Artinya, sediaan multi fitokimia lebih efektif dibandingkan sediaan mono fitokimia.
Riset Yadav et al. (2013) menguji sejumlah flavonoid sediaan murni dan menemukan bahwa luteolin, baicalein, quercetin, myricetin, dan hispidulin memiliki aktivitas anti tuberkulin. Kemampuan antituberkulin ternyata berhubungan dengan posisi dua gugus hidroksil yang saling berdekatan pada strukturnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemberian flavonoid tersebut pada dosis tinggi tidak menunjukkkan tanda-tanda toksisitas. Namun demikian, pemberian dosis tinggi dan terapi jangka panjang flavonoid tersebut menunjukkan indikasi mutagenik dibanding standar OAT seperti streptomycin dan rifampicyn.
Penulis : Jafar
Sumber :
Yadav AK, Thakur J, Prakash O, Khan F, Saikia D, Gupta MM. 2013. Screening of flavonoids for antitubercular activity and their structure–activity relationships. Med Chem Res. 22:2706–2716.