Lebah madu merupakan insekta sosial yang hidup dalam suatu keluarga besar, yang disebut koloni lebah. Keunikan koloni lebah adalah mempunyai sifat polimorfisme, yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis, fisiologis, dan biologis yang berbeda satu golongan dari golongan lain atau strata yang lain (Sihombing, 2005). Di dalam satu koloni terdapat satu ratu (queen), beberapa ratus lebah jantan (droves), beberapa ribu lebah pekerja (worker-bees).
Ratu lebah memiliki ukuran yang paling besar dua kali lebih besar dari lebah lainya, tugas ratu adalah bertelur setiap harinya sekitar 2000 telur, dari telur yang tertunas akan menghasilkan lebah ratu dan pekerja, tergantung komposisi makanan dalam telur sedangkan yang tidak tertunas akan menghasilkan lebah jantan. Selain sebagai mesin-hidup pengasil telur, lebah ratu juga mengahasilkan senyawa kimia feromon yang mempunyai fungsi untuk pemersatu koloni yang terorganisasi dan mencegah lebah pekerja bertelur (Sihombing, 2005).
Fungsi lebah jantan satu – satunya selama hidup adalah mengawini lebah ratu dara. Mata dan sayapnya lebih besar dari kedua strata lainya, tidak memiliki keranjang polen dan tidak memiliki sengat, kadang – kadang keluar saat siang hari dan tidak melakukan tugas apapun, untuk makanan sangat tergantung kepada lebah pekerja (Sihombing, 2005). Lebah pekerja mempunyai tubuh yang paling kecil dalam satu koloni lebah madu, tetapi jumlahnya paling banyak sekitar 96% dari seluruh lebah dalam koloni (Sinclair, 1977).
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kegiatan harian lebah madu di dalam mencari makan adalah suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya (Sulaksono et al., 1986). Temperatur lingkungan mempengaruhi terhadap aktivitas lebah pekerja dalam mencari makanan. Temperatur sekitar berpengaruh terhadap aktivitas lebah, aktivitas tersebut meliputi pencarian makanan, perawatan keturunan, dan pembesaran koloni. Temperatur meningkat mengakibatkan penurunan aktivitas lebah dalam mencari pakan (Mani, 1972). Aktivitas pencarian nektar, tepung sari dan air tergantung cuaca dan kebutuhan koloni. Lebah madu aktif mencari nektar dan tepung sari pada kisaran 20- 26 ºC (Gojmerac, 1983). Bahan makanan lebah madu adalah dalam bentuk nektar, polen, dan honeydew (Sihombing, 2005).
Tanaman pakan lebah merupakan tanaman/tumbuhan yang menghasilkan pangan bagi lebah madu (Kasno, 2001). Semua jenis tanaman berbunga (tanaman hutan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura, dan tanaman liar) yang megandung unsur nektar sebagai bahan madu, polen, dan resin sebagai bahan propolis dapat dimanfaatkan sebagi sumber pakan lebah (Sarwono, 2001).
Nektar
Nektar meruapakan cairan manis yang dieksresikan oleh tanaman padabagian bunga atau daun. Kadangkala nektar di gantikan dengan embun madu (honey dew), yaitu cairan manis yang dikeluarkan oleh kutu tanaman yang termasuk dalam family Aphidhae dan Coccidae. Nektar berperan bagi lebah madu sebagai sumber energi yang penting untuk melakukan aktivitas gerak. Kelebihan nektar akan di simpan menjadi cadangan makan dan diproses menjadi madu (Marhiyanto, 1999).
Polen
Polen adalah alat reproduksi jantan tumbuhan yang mengandung protein tinggi. polen dikonsumsi oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, sedikit karbohidrat, dan mineral – mineral. Kandungan protein kasarnya rata – rata 23 % dan mengandung semua semua asam – asam amino esensial maupun asam – asam lemak esensial (Sihombing, 2005). Meskipun kadar protein dari polen berbagai bunga bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi (19,8 %), lebah madu mengumpulkan tepung sari dari berbagai sumber bunga sehingga mendapatkan campuran tepung sari dengan kadar protein yang seimbang dan selalu sama (Winarno, 1981).
DAFTAR PUSTAKA
Akratanakul, P. 1986. Beekeping in Asia. FAO Agricultural Service Bulletin, Roma.
Amano, K. 2004. Attempts to introduce stingless bees for the pollination of crops under greenhouse conditions in Japan, Food & Fertilizer Technology Center, http://www.fftc.agnet.org/library/article/tb167.html [18 Juli 2019].
Free, J. B. 1982. Bees and Mankind. George Allen & Unkwin, London
Kasno. 2001. Pakan Lebah. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Mani. 1972. General Entomologi. Oxford IBH Publishing Co. New Delhi, Bombay. Calcuta
Marhiyanto, B. 1999. Peluang Bisnis Berternak Lebah Madu. Gita Media Press, Surabaya.
Murtidjo, BA., 1994, Memelihara Lebah Madu, Kanisius, Yogyakarta.
Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Negara, Unit Jawa Timur. 1986. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelebahan. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejah-teraan Masyarakat. Sukabumi, 20-22 Mei 1986. Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Negara,, Jakarta.
Rusfidra. 2006. Manfaat heritabilitas dalam pemuliaan ternak. http://rusfidra.multiply.com/journal/item/46/Heritabilitas. Diakses pada tanggal 18 Juli 2019
Sarwono, B. , 2001, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu, Tangerang: Agromedia Pustaka
Sihombing, D.T.H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sinclair, W. 1977. Kehidupan Lebah Madu. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Singh, S. 1962. Bee keeping in India. New Delhi: Indian Council Agricultural Research.
Siregar, H.C.H., A. M. Fuah, & Y. Octaviany. 2011. Propolis madu multikhasiat. Penebar swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G. 1981. Madu : Mafaat, Khasiat, dan Analisa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB, Bogor.