Khasiat Lidah Buaya Bagi Tubuh Manusia

Lidah buaya (Aloe vera L) merupakan tanaman asli Afrika, yang memiliki ciri fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya, berwarna hijau, dan daging daun berlendir. Pada awalnya lidah buaya sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Lidah buaya tumbuh subur di daerah yang berhawa panas dan terbuka dengan kondisi tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Pembudidayaan lidah buaya tergolong sangat mudah dan tidak memerlukan biaya dan perawatan yang besar. Hal ini akan mendorong dan pertimbangan untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku makanan ( Sudarto, 1997).

Lidah buaya (Aloe vera L) pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17 dibawa oleh petani keturunan Cina. Tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias yang ditanam sembarang di pekarangan rumah dan digunakan sebagai bahan kosmetik yaitu untuk penyubur rambut. Baru pada dekade 1990-an, tanaman ini dilirik menjadi bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang berkhasiat menyehatkan (Furnawanthi, 2002).

Di Indonesia, lidah buaya (Aloe vera L) sudah lama ditanam oleh penduduk sebagai tanaman obat keluarga sekaligus tanaman hias karena bentuknya yang tergolong sangat unik. Penanaman secara khusus dan besar- besaran belum umum dilakukan, kecuali di beberapa tempat yang telah terdapat pengolahan lidah buaya (Aloe vera L) tersebut. Namun dengan semakin meluasnya penggunaan lidah buaya (Aloe vera L) dan meningkatnya permintaan sebagai bahan baku industri, maka lidah buaya dapat dijadikan sebagai lahan bisnis baru serta dapat dijadikan sebagai tanaman agroindustri (Sudarto, 1997). Selain jenis Aloe yang umum dibudidayakan diantaranya adalah Aloe chinensis Baker, Aloe perryi, Aloe ferox, Aloe arborescens, dan Aloe barbadensis (Jatnika, 2009: 18). Dari berbagai jenis Aloe tersebut peneliti menggunakan Aloe chinensis karena banyak di budidayakan di Indonesia.

Lidah buaya (Aloe vera) sudah digunakan oleh bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM, sedangkan bangsa Mesir kuno sudah mengenal manfaat lidah buaya sebagai obat sekitar 1500 SM kemudian masyarakat Mesir kuno menyebutkan sebagai tanaman keabadian. Dioscordes adalah seorang peracik obat-obatan tradisional dari bangsa yunani yang menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati berbagai penyakit seperti rambut rontok, kulit memar, pecah-pecah, bisul, lecet, dan radang tenggorokan. Lidah buaya sebagian besar 95% mengandung air, sisanya mengandung bahan aktif seperti: minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim, glikoprotein. Untuk setiap 100 gram bahan (Jatnika, 2009: 06). Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiorini, Teti dan Shelly (2016) menunjukan bahwa ektrak lidah buaya dapat memicu pertumbuhan dan percepatan tumbuh pada rambut kelinci. Penelitian yang dilakukan Emma (2015) menunjukan laju pertumbuhan rambut pada tikus putih dengan pengaruh pemberian ekstrak daun seledri dikatakan baik dibandingkan tanpa pengaruh pemberian ekstrak daun seledri. Lidah buaya mengandung air sebanyak 95%. Sisanya berupa bahan aktif antara lain minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim, asam aspartat, asam glutamat, alanin,isoleusin, fenilalanin, threonindan prolin. Kandungan tersebut memiliki beberapa kegunaan bagi tubuh diantaranya memberi ketahanan terhadap penyakit, sebagai bahan pemicu pertumbuhan dan perbaikan sistem tubuh, dan sebagai sumber energi. Getah atau lendir lidah buaya dapat digunakan sebagai penumbuh rambut rontok dimana kandungan kimia yang terdapat dalam lendir lidah buaya adalah antrakinon (Mardisiswojo,1983).

Unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam daging lidah buaya menurut para peneliti antara lain : lignin, saponin, anthraquinone, vitamin, mineral, gula dan enzim, monosakarida dan polisakarida, asam-asam amino essensial dan non essensial yang secara bersamaan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang menyangkut kesehatan tubuh. Kekayaan akan kandungan bahan yang didapat berfungsi sebagai bahan kosmetik, obat dan pelengkap gizi menjadikan lidah buaya sebagai tanaman ajaib, karena tidak ada lagi tanaman lain yang mengandung bahan yang menguntungkan bagi kesehatan selengkap yang dimiliki tanaman tersebut. Di samping itu keistimewaan lidah buaya terletak pada selnya yang mampu untuk meresap di dalam jaringan kulit, sehingga banyak menahan kehilangan cairan yang terlalu banyak dari dalam kulit (Hartanto dan Lubis, 2002).

Menurut Henry (1979), unsur utama dari cairan lidah buaya adalah aloin, emodin, resin, gum dan unsur lainnya seperti minyak atsiri. Dari segi kandungan nutrisi, gel atau lendir daun lidah buaya mengandung beberapa mineral seperti Zn, K. Fe dan vitamin seperti vitamin A. Lidah buaya tidak menyebabkan keracunan pada manusia maupun hewan, sehingga sebagai bahan industri lidah buaya dapat diolah menjadi produk makanan dalam bentuk serbuk, gel, jus dan ekstrak. Cairan yang keluar dari potongan lidah buaya tadi bila diuapkan menjadi bentuk setengah padat, dapat digunakan sebagai alat pencuci perut atau obat pencahar (Suryowidodo, 1998). at aloin yang terkandung dalam lidah buaya berfungsi sebagai pencahar,

sudah digunakan orang Yahudi sejak abad ke-4 SM. Hal ini dikemukakan oleh Celsus dan dilanjutkan oleh Dioscordes yang menegaskan bahwa Aloe vera berguna untuk mengobati sakit perut, sakit kepala, gatal, kerontokan rambut, perawatan kulit dan luka bakar. Bahkan, di Amerika Selatan, lidah buaya resmi diakui sebagai obat pencahar dan pelingdung kulit saat didaftarkan dalam United State Pharmacopoeia (USP) pada tahun 1820 (Furnawanthi, 2002).

Gel lidah buaya juga memperlihatkan aktivitas anti penuaan karena mampu menghambat proses penipisan kulit dan menahan kehilangan serat elastin serta menaikkan kandungan kolagen dermis yang larut air. Lidah buaya terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes (Okyar, et al, 2001). Lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman, serta senyawa antrakuinon dan kuinon sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Lidah buaya juga merangsang pertumbuhan sel baru dalam kulit. Dalam gel lidah buaya terkandung lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, sehingga sel akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan tubuh. Adapun manfaat lain dari lidah buaya adalah untuk mengobati cacingan, susah buang air besar, sembelit, penyubur rambut, luka bakar atau tersiram air panas, jerawat, noda hitam, batuk, diabetes, radang tenggorokan, menurunkan kolesterol (Sudarto, 1997).

Cairan bening seperti jeli diperoleh dengan membelah batang lidah buaya. Jeli ini mengandung zat anti bakteri dan anti jamur yang dapat menstimulasi fibroblast yaitu sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka. Selain kedua zat tersebut, jeli lidah buaya juga mengandung salisilat, zat peredam sakit dan anti bengkak seperti yang terdapat dalam aspirin (Sulaeman, 2008). Sudarsono (1996) dalam buku “Tanaman Herbal Indonesia” menyatakan bahwa seledri mengandung glikosida apiin (glikosida flavon), isoquersetin, dan umbelliferon. Seledri juga mengandung mannite, inosite, asparagine, gluamine, choline, pro-vitamin A, vitamin C, vitamin B, zat besi. Pengaruh pemberian ekstrak lidah buaya sebesar 95% memberikan efek yang baik dan ditunjukan pada pemberian kombinasi L3(95%)S3(15%) dikarenakan pada lidah buaya mengandung nutrisi yang diperlukan oleh rambut seperti Kromium, asam amino, vitamin A dan E untuk proses regenerasi rambut sehingga rambut dapat tumbuh dengan baik (Furnawanthi, 2004). Dwiagusti (2002), melaporkan hasil penelitiannya menggunakan ekstrak lendir lidah buaya untuk memicu pertumbuhan rambut pada kelinci dengan konsentrasi 100% dengan volume pemberian sebanyak 0.21 ml/9cm2 menunjukan hasil rata-rata laju pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan konsentrasi 50% dan 25%. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi lidah buaya yang diberikan dapat memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan rambut.

Pemberian kombinasi ekstrak lidah buaya dan ekstrak seledri dalam pengujian laju pertumbuhan rambut tikus putih memberikan pengaruh signifikan yang dapat dillihat dari analisis dan perhitungan sampel data yang telah didapatkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kandungan asam amino didalam kombinasi ekstrak yang berfungsi untuk membantu perkembangan sel-sel baru dengan kecepatan luar biasa dan menghilangkan sel-sel yang telah mati dari epidermis (Bassetti, 2005). Selain itu sifat ekstrak lidah buaya dalam bentuk cair yang dapat melembabkan epidermis, sebagai antibakteri, dan melembutkan rambut (Kumar, 2010).

Tinggalkan Balasan

Close Menu