Moringa oleifera, dikenal sebagai pohon Drumstick dalam bahasa Inggris, dan Kelor dalam bahasa Indonesia. Berbagai bagian tanaman ini seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga, dan polongnya telah diklaim dalam literatur tradisional sebagai tanaman obat beragam penyakit (Mehta, et al., 2003).
Maka dari itu kelor ini dijuluki sebagai Miracle Tree. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zinc, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin (Aminah, 2015). Daun kelor mengandung zat besi lebih tinggi daripada sayuran lainnya yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Yameogo et al., 2011). Perbanyakan kelor dengan biji menggunakan benih yang berasal dari biji yang sehat, tidak keriput, tidak cacat atau rusak. Biji hasil seleksi direndam dalam air hangat dan dibiarkan selama satu malam atau sampai biji terlihat mengambang.
Biji yang sudah direndam kemudian ditiriskan dan dapat ditanam langsung atau paling lambat satu hari setelah ditiriskan. Biji dapat berkecambah 5-12 hari setelah tanam. Bibit yang sudah memiliki tinggi 30 cm dapat dilakukan pindah tanam (Ikrarwati dan Rokhmah, 2016). Biji-biji yang berada pada posisi pangkal dan tengah pada buah kelor dapat digunakan sebagai sumber benih karena memiliki viabilitas lebih baik dibandingkan biji yang berada di ujung buah (Santoso dan Parwata, 2017).
Biji yang dihilangkan kulit luarnya dan direndam dalam air selama satu malam dapat berkecambah dalam waktu 9-10 hari. Biji ditanam pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah. Biji dapat berkecambah tetapi dalam waktu 14 hari tanpa perlakuan benih. Persentase perkecambahan biasanya dalam kisaran 80-90% (Amaglo, 2006).
Daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan methionin (Simbolan et al., 2007). Diidentifikasi bahwa daun kelor mengandung antioksidan yang tinggi dan antimikroba (Das et al., 2012). Maka dari itu, ekstrak dari daun kelor dapat dijadikan pengawet alami yang dapat memperpanjang umur simpan produk karena bersifat antioksidan dan anti bakteri.
SUMBER :
PENULIS : ARUMDINI
Amaglo, N. 2006. How to Produce Moringa Leaves Efficiently. Moringa and Other Highly Nutritious Plant Resources : Strategies, Standards and Markets for a Better Impact on Nutrition in Africa. International Workshop on Moringa.
Aminah, S., Tezar Ramadhan, dan Muflihani Yanis. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor (Moringan oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan Vol. 5 No. 2.
Mehta, L. K. 2003. Effect of Fruit of Moringa oleiferaon The Lipid Profile of Normal and Hypercholesterolemic Rabbits. J. Ethnopharmacol. 86 : 191- 195.
Santoso, B. B., I. G. M. A. Parwata. 2017. Viabilitas Biji dan Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa oleifera Lam.). JSTL. 3 (2) : 1-8.
Simbolan, J. M., dan N. Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Kanisius, Yogyakarta.
Yameogo, W. C., D. M. Bengaly, A. Savadogo, P. A. Nikièma, S. A. Traoré. 2011. Determination of Chemical Composition and Nutritional Values of Moringa oleifera Leaves. Pakistan Journal of Nutrition 10 Vol (3): 264-268.