DAUN JATI BELANDA HERBA AMPUH SEBAGAI PENURUN KOLESTEROL

Seiring dengan perkembangan zaman tingkat konsumsi pangan tidak sehat di lingkungan perkotaan semakin tinggi akibatnya adalah penyakit-penyakit degeneratif yang mengancam keberlangsungan hidup. Makanan cepat saji biasanya mengandung lemak jenuh yang tinggi, konsumsi lemak jenuh dapat menyebebabkan lipid dalam darah meningkat sehingga terbentuk flok dalam pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya penyumbatan dan peningkatan tekanan darah. Lipid merupakan senyawa essenisal yang diperlukan oleh tubuh namun apabila jumlahnya terlalu banyak dalam darah atau sering disebut juga kolesterol dapat menyebabkan beberapa penyakit berbahaya yaitu arterosklerosis, hipertensi, stroke, jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler lainnya di indonesia sejak tahun 1995 (Suyono, 2002).

Sejak zaman dulu masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau Jawa, telah mengenal dan memakai air rebusan daun jati belanda sebagai bahan baku jamu pelangsing tubuh dan pencegah penyakit jantung, biasa disebut galian singset (bahasa Jawa). Pengalaman sekaligus bukti empiris inilah yang “ditangkap” perusahaan jamu, sehingga saat ini hampir semua jamu pelangsing selalu mengambil khasiat daun jati belanda.


Penggunaan ekstrak daun Jati Belanda secara tradisional sebagai obat pelangsing sudah banyak dilakukan akan tetapi masih sedikit sekali penelitian yang membahas masalah tersebut. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan pada hewan coba tikus, aktivitas pelangsing dari ekstrak daun Jati Belanda biasanya disebabkan oleh adanya tannin dan getah lender dalam ekstrak tersebut (Dzulkarnain et al,1996). Dilaporkan juga oleh Kristiani (2003) bahwa kemungkinan steroid yang merupakan komponen utama dalam ekstrak kloroform mempunyai efek pelangsing. Selain itu zat aktif apa yang berperan belum diketahui, sehingga perlu dilakukan pendalaman lanjutan. Ekstrak air daun Jati Belanda diperoleh dengan cara merebus air daun jati dengan menggukanan air bersuhu 800C. Kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun jati belanda adalah alkaloid, dan flavonoid, dengan kandungan utama pada daunnya adalah tanin (Depkes, 1985).

Ternyata pemberian ekstrak daun jati belanda (dalam tiga bentuk ekstrak air, ekstrak etanol, dan fraksi aktif steroid) berpengaruh terhadap kadar lipid darah (TPC, trigliserida, LDL, dan HDL). Kadar TPC, LDL, dan trigliserida pada perlakuan kontrol (tanpa pemberian daun jati) terlihat sangat tinggi (berbeda nyata) dibandingkan dengan kadar TPC, LDL, dan trigliserida yang diberi perlakuan daun jati. Fakta ini menunjukkan adanya penurunan kadar TPC, LDL, dan trigliserida akibat pemberian daun jati belanda. Persentase penurunan kadar TPC tertinggi terjadi dalam pemberian daun jati belanda pada perlakuan ekstrak etanol (62 persen), diikuti perlakuan ekstrak air (55 persen), dan fraksi aktif steroid (36 persen). Pemberian ekstrak daun jati belanda juga berdampak pada peningkatan HDL.

HDL dapat menurunkan kadar kolesterol dalam sel dengan cara mengambil kelebihan kolesterol dari jaringan untuk kemudian diproses di hati lalu dibuang bersama cairan empedu. HDL memiliki efek protektif terhadap pembuluh darah jantung. Lebih lanjut, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun jati belanda terbukti mampu menurunkan kadar lipid darah. Ini berarti daun jati belanda bisa dijadikan obat alternatif antihiperlipidemia dan penyakit kardiovaskuler lainnya.

Daftar Pustaka


Depkes RI. Cara pembuatan simplisia. Jakarta: Depkes RI, 1985; 1-25.
Dzulkarnain B, L Widowati., Scientific back up of tradisional remedy for obesity. Cermin Dunia Kedokteran, 1996,. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Departemen Kesehatan RI, 3:49-52.
Kristiani E.B.E., Ekstrak daun jati belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) sebagai obat alternatif untuk hiperlipidemia: kajian in vivo dan in vitro, 2003, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Program Studi Biokimia, Bogor.
Suyono S. Prevention of global epidemic of cardiovascular disease: The importance of holistic approach focused

Tinggalkan Balasan

Close Menu