Keunggulan utama dari madu yang dapat memperkaya khasiatnya yaitu :
- Pengganti Gula
Madu dengan rasanya yang manis menurut Nemoseck (2011) madu dapat digunakan sebagai pengganti gula yang menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
- Antimikroba
Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan dan infeksi. Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadar keasaman dan pengaruh osmotik berperan untuk membunuh mikroba.
- Mudah Dicerna
Di dalam madu terdapat berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosa oksidase dan enzim invertase yang dapat membantu proses pengolahan sukrosa untuk diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya mudah diserap dan dicerna. Begitu pula enzim amilase dan enzim lipase dan minyak volatil, seperti hidroksi metil furfural. (Hamad, 2007).
- Sumber Vitamin dan Mineral
Madu memiliki kandungan vitamin, asam, mineral, dan enzim yang sangat berguna bagi tubuh sebagai pengobatan tradisional, peningkatan antibodi, dan penghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor. (Saptorini dan Wati, 2003).
- Sumber Antioksidan
Kandungan plasma darah semakin bertambah untuk melawan oksidasi dengan kadar yang lebih tinggi setelah minum madu. Dan terdapat juga fenolik di dalam madu yang sangat efektif untuk ketahanan tubuh melawan stres (Bangroo dkk, 2005). Sifat antioksidan dari madu yang berasal dari zat-zat enzimatik (misalnya, katalase, glukosa oksidase dan peroksidase) dan zat-zat nonenzimatik (misalnya, asam askorbat, α-tokoferol, karotenoid, asam amino, protein, produk reaksi Maillard, flavonoid dan asam fenolat). Jumlah dan jenis antioksidan ini sangat tergantung pada sumber bunga atau varietas madu, dan telah banyak banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenol (Khalil, 2012).
- Memenuhi Kebutuhan Protein
Madu mengandung asam amino yang berkaitan dengan pembuatan protein tubuh asam amino non essensial dan mengandung asam amino essensial seperti lisin, histadin dan triptofan (Saptorini dan Wati, 2003).
- Kemampuan Penyembuh Luka
Madu dipercaya dapat menyembuhkan luka pada manusia. Secara umum madu berkhasiat menghasilkan energi, meningkatkan daya tahan tubuh, dan stamina. Madu cepat berdifusi melalui darah, dan karena itu merupakan sumber energi yang cepat. Madu mendukung pembentukan darah serta membersihkan darah. Selain itu, juga ada efek positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah tetap lancar (Shaikh,1999).
Madu mengandung zat antibakteri sehingga baik untuk mengobati luka bakar dan penyakit infeksi. Adanya rasio perbandingan karbon terhadap nitrogen yang tinggi, kekentalan madu yang membatasi pelepasan oksigen, oksidasi glukosa yang menghasilkan H2O2 dan sifat osmolaritas yang tinggi membuat bakteri sulit untuk hidup (Rostita, 2007). Berdasarkan hasil penelitian paling tidak terdapat empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu.
Pertama, kadar gula yang tinggi akan menghambat bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang. Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3,65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidup bakteri, sehingga bakteri tersebut akan mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Keempat, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Yang telah teridentifikasi antara lain polifenol, flavonoid, dan glikosida. (Kamaruddin, 2002).
Senyawa organik yang telah teridentifikasi memiliki aktivitas antibakteri yaitu “inhibine”. Berbagai mikroba ternyata sangat peka terhadap inhibine, bakteri gram negatif lebih peka dari bakteri gram positif. Kadar inhibine dalam madu ternyata sangat bergantung pada jenis, umur dan kondisi madu (Winarno, 1981). Madu yang alami bersifat perservatif atau mengawetkan. Selain itu, madu juga memiliki sifat higroskopis yaitu menarik air dari lingkungan sekitarnya. Sehingga madu dapat digunakan untuk mengompres luka luar yang bersifat basah karena cairan dan nantinya akan ditarik oleh madu (Adji, 2008).
Sumber :
Penulis : Bella Amalia
Adji, Suranto. 2007. Terapi madu. Edisi pertama. Jakarta: Penebar Plus.
Bangroo, A.K., Khatri, R., Chauhan, S. 2005. Honey dressing in pediatric burn. Medical Journal of Pediatric Surgery Departemen of Delhi.
Hamad, S. 2007. Terapi Madu. Jakarta : Pustaka Iman. Hal : 30.
Kamaruddin. 2002. Khasiat madu. Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Universitas of Malaya, Kualalumpur. Artikel vision net
Khalil, I. M., 2012, Physicochemical and Antioxidant Properties of Algerian Honey. Molecules, 17, 11199-11215.
Nemoseck, 2011. Honey promotes lower weight gain, adiposity, and triglycerides than sucrose in rats. Nutrition Research.
Rostita, 2007, Berkat Madu: Sehat, Cantik dan Penuh Vitalitas, PT Mizan Pustaka: Bandung, hal. 19.
Shaikh, S. N., 1999. Bacteriological studies on the uteri of the slaughtered goats. M.Sc (Hons) Thesis, Department of Microbiology, Sindh Agriculture University Tando Jam.
Saptorini, E. & Wati. 2003. Khasiat Madu. http://www.mailarchive.com/forum@ alumni-akabogor.net/msg01046.html. [Diakses pada 11 Juli 2019].
Sarwono. 2001. Lebah Madu. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Winarno, PG. 1981. Madu “ Teknologi Khasiat dan Analisa ”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Institut Pertanian Bogor.