Pengobatan herbal merupakan salah satu jenis pengobatan tradisional yang sudah dikenal sejak lama bahkan oleh nenek moyang kita yang sekarang ini terus berkembang lebih baik karena adanya teknologi yang terus terbarukan untuk menjadikan tanaman obat herbal lebih berkhasiat dan memberikan efek nyata secara klinis. Penelitian terhadap obat herbal sampai saat ini masih terus berlangsung guna menemukan berbagai macan jenis tanaman dengan kandungannya masing-masing yang berfungsi untuk mengatasi penyakit tertentu atau meningkatkan kesehatan. Dari berbagai macam jenis obat herbal yang banyak digunakan manfaat serta khasiatnya, jahe yang dikenal sebagai salah satu bumbu dalam berbagai olahan makanan tersebut sudah lama menjadi bahan baku dalam pengobatan herbal.
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang telah lama ada dan populer di Indonesia. Tanaman jahe ini adalah tanaman rumput-rumputan berbatang semu. Batang semu jahe diselubungi oleh dasar pelepah daun. Bagian jahe yang banyak digunakan manusia adalah rhizomanya. Rhizo ataupun rimpang jahe merupakan batang yang tumbuh dalam tanah. Bentuk rimpang jahe bercabang-cabang dan tidak teratur. Tanaman jahe dapat diperbanyak dengan menanam rhizoma yang sudah cukup tua, minimal berumur 9 bulan (Koswara, 1995).
Tanaman jahe termasuk ke dalam kelas Monocotyledon (tanaman berkeping satu) dan family Zingiberaceae (suku temu-temuan). Nama ‘Zingiber’ adalah Bahasa latin yang diadaptasi dari Bahasa Sansekerta yaitu ‘singibera’. Singibera memiliki makna sendiri yang berarti berbentuk tanduk. Alasan mengapa jahe dikatakan berbentuk tanduk karena bentuk rimpangnya yang memiliki bentuk seperti tanduk rusa (Setyaningrum & Saparinto, 2013). Walaupun sudah lama masyarakat Indonesia mengonsumsi dan mengolah jahe untuk bahan makanan dan minuman, akan tetapi jahe sebenarnya tidak berasal dari bumi pertiwi ini. Ternyata tanaman ini diketahui berasal dari Asia Pasifik yang tersebar di dari India sampai Cina. Maka dari itu, negara-nergara yang berada di kawasan Asia Pasifik disebut sebagai bangsa yang pertama kali menemukan jahe dan mengonsumsinya. Jahe sering kali dikomsumsi sebagai bahan olahan minuman, makanan rumah dan ramuan obat-obatan (Prihatman , 2000).
Keberadaan jahe di Indonesia tidak pernah menurun, sebaliknya justru keberadaan jahe telah menjadi komoditas yang potensial. Kebutuhan permintaan jahe dari ke negara pengimpor jahe beberapa tahun terakhir ini cukup meningkat. Seiring dengan perkembangan industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku jahe, menyebabkan volume permintaan dalam negeri juga terus meningkat. Adapun negara tujuan jahe dadri Indonesia di antaranya Jepang, Arab, serta Malaysia dalam bentuk jahe segar, jahe kering, dan olahan. Komoditas ekspor olahan seperti asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan Jahe merah), maupun minyak asiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Kondisi tanah, iklim dan letak geografis negara Indonesia yang sangat cocok dengan untuk bertanam jahe menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penyuplai jahe terbesar di dunia. Hal-hal tersebut dapat menjadi alasan mengapa jahe dikatakan sebagai komoditas unggulan dan potensial dalam usaha pengembangan agribisnis dan agroindustri.
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe (Prihatman , 2000), yaitu:
- Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
- Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
- Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
Dari tiga varietas jahe yang telah disebutkan, jahe memiliki kandungan umum yang dimiliki di setiap varietas jahe, diantaranya kandungan vitamin A, B, C, lemak, protein, pati, dammar, asam organic, oleoresin (gingerin) selain itu, rimpang jahe juga mengandung minyak asiri dan oleoresin. Oleoresin merupakan campuran resindan minyak asiri yang diperoleh dari pelarut organic. Berdasarkan kandungan minyak asirinya, jahe merah memiliki kadar yang paling tinggi, setelah itu disusul oleh jahe putih kecil dan jahe gajah. Meskipun demikian, jahe gajah lebih dikenal daripada jahe merah. Hal tersebut dikarenakan jahe gajah sering digunakan sebagai bumbu dapur, rempah-rempah, dan bahan obat-obatan. Kandungan jahe yang begitu kompleks menjadikan jahe memiliki segudang manfaat bagi manusia. Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol. (Suranto, 2004). Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan dalam berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut: industri minuman (sirup jahe, instan jahe), industri kosmetik (parfum), industri makanan (permen jahe, awetan jahe, enting-enting jahe), industri obat tradisional atau jamu, industri bumbu dapur (Prasetyo, 2003).
Manfaat yang menarik untuk dibahas adalah manfaat jahe sebagai bahan baku obat-obatan alami untuk berbagai penyakit. Sangat disayangkan apabila melihat kebiasaan masyarakat sekarang yang bergantung pada obat-obatan non-alami. Walaupun sudah terjamin secara klinis tetap saja apabila gaya hidup masyarakat berubah untuk lebih sering mengonsumsi bahan-bahan alami seperti jahe, maka pengeluaran biaya kesehatan akan lebih murah dan minim efek samping. Manfaat jahe untuk keperluan pembuatan obat-obatan, khususnya obat herbal seperti obat masuk angin dan sakit perut. Hal tersebut terbukti ampuh karena memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat yang dicampurkannya. Adapun manfaat secara pharmakologi lainnya adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas, jahe juga memiliki khasiat untuk mencegah datangnya penyakit kanker.
Seperti yang kita ketahui bahwa penyakit kanker memiliki resiko tinggi bagi kesehatan hingga kematian. Gaya hidup masyarakat yang dari kecil sudah mengenal makanan cepat saji dan produk instan membuat meningkatnya resiko kanker pada masyarakat sekarang. Salah satu kandungan dalam manfaat jahe yang berperan dalam mencegah kanker adalah gingerol, phytonutrient dalam jahe yang juga memberikan rasa pada jahe yang unik. Gingerol dapat mencegah pertumbuhan sel kanker usus besar. University of Minnesota melakukan percobaan kepada sekelompok tikus, pada kelompok yang diberi gingerol terdapat 4 tikus yang mengalami tumor usus besar, sementara pada kelompok yang tidak diberi gingerol terdapat 13 tikus yang mengalami pertumbuhan tumor. Sampai pada hari ke 49 penelitian, seluruh tikus yang tidak diberi gingerol akhirnya disuntik mati karena pertumbuhan tumornya sudah terlalu besar, sementara pada tikus yang diberi gingerol ukuran tumornya setengah dari ukuran tikus yang disuntik mati.
Peneliti yang sama kemudian menguji apakah selain mencegah pembentukan tumor, gingerol juga dapat mencegah penyebaran dan mengurangi tingkat keparahan sel tumor. Penelitian tersebut memberikan hasil positif. Gingerol dinilai mampu mencegah penyebaran dan bertambah parahnya sel tumor yang sudah tidak dapat dioperasi. (Setyaningrum & Saparinto, 2013)
Khusus untuk manfaat jahe merah berdasarkan penelitian, jahe merah mampu bertindak sebagai anti inflamasi ditandai dengan penurunan jumlah sel makrofag. Ketika terjadi perlukaan pada kulit, mikroorganisme yang secara normal berada di kulit mempunyai akses masuk kedalam jaringan sehingga terjadi inflamasi yang berguna untuk membunuh mikroorganisme tersebut, namun infeksi yang tidak kunjung sembuh akan memperpanjang fase inflamasi. Selain itu, ekstrak jahe merah dapat digunakan untuk luka yang mengalami infeksi atau luka yang tidak cepat sembuh, meminum ekstrak jahe merah sebelum luka terjadi juga dapat membantu mempercepat penyembuhan jika nantinya terjadi luka. (Saputro, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar harapan, Jakarta.
Prasetyo Y.T. 2003. Teknologi Tepat Guna INSTAN Jahe, Kunyit, Kencur, Temulawak. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Prihatman, K. 2000. Budidaya Jahe. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan. BAPPENAS. Jakarta.
Saputro ID. Dasar-dasar biomolekuler penyembuhan luka. Surabaya: Global persada press; 2014.
Setyaningrum, Hesti Dwi dan Cahyo Saparinto. 2013. Jahe. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suranto A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal. Penerbit Agromedia Pustaka, Tangerang.