Mikroenkapsulasi Propolis Bubuk (page 3)

Da Silva et. al (2011) telah melakukan pengeringan terhadap propolis tanpa dilakukan penyalutan dengan alat pengering spray dryer. Namun, serbuk propolis yang dihasilkan lengket, terjadi aglomerasi saat penyimpanan dan kelarutannya rendah sehingga pemanfaatannya dalam industri pangan masih terbatas. Kelarutannya yang rendah pada pelarut dengan polaritas yang tinggi seperti air dikarenakan propolis terdiri dari komponen-komponen hidrofilik dan hidrofobik, masalah kelarutannya yang rendah ini dapat diatasi dengan penambahan hydrophilic carrier untuk proses pengeringan seperti maltodekstrin sehingga dapat terdispersi dengan baik pada pelarut polar (Da Silva et al, 2011).

https://www.huadingshengchao.com/shengchao-bee-products/

Mikroenkapsulasi dapat dilakukan untuk melindungi senyawa aktif dalam propolis ketika dikeringkan. Mikroenkapsulasi adalah suatu proses pelapisan/penyalutan partikel kecil dari zat padat atau zat cair maupun zat terdispersi menggunakan bahan polimer untuk menghasilkan suatu partikel kecil dengan ukuran berkisar antara 1–500 mm. Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan sebagai penyalut meliputi gum (gum arabic, sodium alginate, carrageenan), karbohidrat (pati, dextran, sukrosa), selulosa (carboxymethylcellulose, methycellulose), lipida (bees wax, stearic acid, phospholipids), dan protein (gelatin, albumin) (Jyothi et al. 2012). Salah satu keuntungan dari dilakukannya mikroenkapsulasi adalah adanya lapisan dinding polimer yang membuat bahan inti terlindung dari pengaruh lingkungan luar. Dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat menjaga stabilitas bahan inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.

Tujuan dari proses mikroenkapsulasi yaitu untuk meningkatkan kestabilan dan daya larut suatu bahan, untuk mengendalikan pelepasan senyawa aktif, untuk menghasilkan partikel-partikel padatan yang dilapisi oleh bahan penyalut tertentu dan meminimalisir kehilangan nutrisi. Teknik mikroenkapsulasi dapat menggunakan berbagai cara yaitu pembentukan polimer dengan reaksi kimia, spray drying, tray drying, co- extrusion, layer by layer deposition, coating dan sebagainya. Kelebihan dari teknik mikroenkapsulasi ini yaitu masa simpan yang cukup lama, praktis untuk di campurkan dengan bahan lain, memiliki kadar air rendah sehingga terhindar dari pertumbuhan jamur penyebab kerusakan.

Pile of a ground, mixed peppers isolated on white background with copy space for text or images. Spices and herbs. Food, cooking, restaurant, packaging concept. Frame composition, close-up, side view.

Produksi mikrokapsul propolisdengan penambahan penyalut mulai dikembangkan, salah satunya dengan penambahan gum arab sebagai penyalutnya. Da Silva (2013) melakukan penyalutan propolis dengan penambahan gum arab sebagai bahan penyalut dengan rasio antara ekstrak propolis dan gum arab 1:4 dan 1:6. Da Silva et.al. (2013) menyatakan bahwa hasil menunjukan bahwa semakin besar rasio gum arab maka semakin tinggi tingkat dispersitas propolis serbuk dalam air dingin walaupun semakin tinggi juga nilai higroskopisitasnya. Kemudian semakin besar rasio gum arab maka semakin besar efisiensi penyalutannya (Da Silva et al., 2013). Hal ini disebabkan oleh bercabangnya struktur dari gum arab sehingga mudah berinteraksi secara polar dengan air pada rantai hidrogennya (Da Silva et al., 2013).

Kombinasi penyalutan antara maltodekstrin dan gum arab juga telah dilakukan oleh Busch et. al., (2017) perbandingan yang dilakukan adalah penambahan maltodekstrin sebanyak 30 gram dan gum arab sebanyak 0,3 gram sebagai penyalut. Propolis dimurnikan terlebih dahulu yaitu dengan melarutkan 14 gram propolis kedalam 100 ml etanol sebelum ditambahkan bahan penyalut. Penyalutan propolis dengan maltodekstrin tanpa penambahan gum arab mengahasilkan bentuk partikel yang bulat tak beraturan dan terdapat lekukan-lekukan pada permukaanya akibat penyusutan saat pengeringan (Busch et al., 2017).

Penggunaan gum untuk matriks kedua dapat merubah kinetika pengeluaran bioaktif pada beberapa sistem enkapsulasi (Guan & Zhong, 2015). Busch et.al.(2017) membandingkan penyalutan ekstrak propolis menggunakan maltodekstrin dan menggunakan kombinasi penyalut maltodekstrin dan gum arab yang hasilnya menunjukan bahwa hasil penyalutan dengan kombinasi penyalut maltodekstrin dan gum arab dapat lebih melindungi senyawa bioaktif.

Hal ini disebabkan oleh struktur molekul gum arab yang memiliki banyak cabang sehingga dapat lebih mempertahankan kandungan fenolik melalui ikatannya (Busch et al., 2017). Bentuk produk propolis selain berbentuk cair dapat pula berbentuk bubuk. Propolis bubuk hasil pengeringan memiliki karakteristik yang tidak larut air .Oleh karena itu, dapat dilakukan mikroenkapsulasi metode spray drying dengan suhu 120 oC menggunakan maltodekstrin dan gum arab untuk melindungi senyawa aktif dalam propolis.

Penulis : Elia Herlina Dwiyanti

Sumber :

Busch, V. M. et al. (2017) ‘Propolis encapsulation by spray drying: Characterization and stability’, LWT – Food Science and Technology, 75, pp. 227–235.

Da Silva, F. C. et al. (2011) ‘Physicochemical properties, antioxidant activity and stability of spray-dried propolis’, Journal of ApiProduct and ApiMedical Science, 3(2), pp. 94–100.

Guan, Y. and Zhong, Q. (2015) ‘The improved thermal stability of anthocyanins at pH 5.0 by gum arabic’, LWT – Food Science and Technology. Elsevier Ltd, 64(2), pp. 706–712.

Jyothi SS, Seethadevi A, Prabha KS, Muthuprasanna P, Pavita P. 2012. Microencapsulation: a review. IJPBS. 3(1):509–531.