MENGKUDU PENGHAMBAT BAKTERI PENYEBAB DIARE (page 3)

Widiana (2011) melakukan penelitian daya hambat mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare dan dibandingkan dengan antibiotik amoxicillin.

Fruit of Great morinda (Noni) or Morinda citrifolia tree and green leaf on black stone

Mengkudu yang digunakan untuk diteliti berbentuk ekstrak. Bagian mengkudu yang dapat digunakan untuk penelitian anti mikrobanya adalah bagian daun. Ekstrak daun mengkudu diencerkan terlebih dahulu. Dari penelitian yang dilakukan Widiana (2011), amoxicillin memiliki daya hambat untuk bakteri penyebab diare lebih tinggi daripada ekstrak mengkudu. Hal ini disebabkan karena konsentrasi mengkudu rendah, sehingga tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare. Amoxicillin merupakan antibiotik atau antimikroba yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Biasanya konsumsi amoxicillin tergantung dari resep yang diberikan dokter. Namun, penggunaan amoxicillin terlalu banyak akan menimbulkan efek samping yang dapat merugikan. Amoxicillin menunjukan efek samping sebagai reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, demam nyeri sendi, diare, syok anafilaksis, ruam eritematosus, leukemia limfatik kronik, dan iritasi gastrointestinal (Adesanoye, 2014). Menurut Kaur (2011), persentase reaksi efek samping dari antibiotik tersebut adalah 82% pada kulit, 13% pada gastrointestinal, 4% heptik, dan 2% hematologi. Sedangkan apabila mengkonsumsi buah mengkudu tidak akan terjadi efek samping dan efek jangka panjang.

Mengkudu, raw Noni fruit (Morinda citrifolia), also called a starvation fruit

Mengkudu memiliki cita rasa yang kurang disukai oleh masyarakat, sehingga pengolahan buah ini tergolong masih sedikit. Namun buah mengkudu memiliki banyak khasiat dan manfaat yang baik bagi tubuh. Mengkudu juga digunakan untuk obat tradisional seperti batuk, radang amandel, sariawan, menurunkan tekanan darah, melancarkan buang air kecil, radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, radang limpa, radang hepar, diabetes melitus, cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, dan obesitas (Wijayakusuma, 2008 ).

Buah mengkudu biasanya diolah dengan cara ekstraksi, dibuat menjadi jus, maupun dibuat serbuk. Konsumsi buah mengkudu paling mudah adalah dibuat menjadi jus, bisa langsung dikonsumsi. Apabila terlalu pahit rasanya, dapat ditambah dengan gula atau madu secukupnya. Ekstraksi mengkudu dapat dilakukan dengan metode maserasi atau ekstraksi dingin. Menurut Harbone (1996) menyatakan bahwa maserasi adalah metode ekstraksi dengan cara merendam sampel menggunakan pelarut dengan atau tanpa pengadukan dan biasanya dilakukan selama 24 jam tanpa menggunakan pemanas.

Mengkudu, ripe Noni fruit (Morinda citrifolia), also called a starvation fruit.

Tujuan dari maserasi atau perendaman adalah agar zat aktif yang terdapat di dalam tumbuhan akan lepas dan mudah masuk ke dalam pelarut, sehingga senyawa yang diharapkan dalam tanaman dapat terekstrak secara sempurna (Howard, 1989). Kelebihan dari metode maserasi ini adalah praktis, karena tidak memerlukan alat yang rumit, relatif murah daripada metode ekstraksi yang lainnya, dan bisa menghindari kerusakan komponen dari buah mengkudu. Maserasi tidak menggunakan panas, sehingga mengkudu dapat terekstrak dengan baik. Apabila terdapat komponen yang mudah hilang apabila dipanaskan, maka dengan metode maserasi merupakan metode yang efektif.

Penulis : Arumdini

Sumber :

Adesanoye O. A., A. O. C. Ifezue, dan E. O. Farombi. 2014. Influence of Chloramphenicol and Amoxicillin on Rat Liver Microsomal Enzymes and Lipid Peroxidation. African Journal of Biomedical Research, 135–142.

Bangun, A. P. 2010. Khasiat Buah Mengkudu. Binarupa Aksara, Jakarta.

Brooks, G. F., Butel, S. Janet, Morse, dan A. Stephen. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Penerbit EGC, Jakarta.

Frankel, G. 2002. Microbial Attachment to Food and Food Contact Surfaces. Adv. Food Nutr. Res. 43: 319-370.

Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan Bandung. Hal : 123-129.

Howard, C., dan Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Jawetz, Melinick, dan Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiologi). Salemba Medika, Jakarta : 317-318.

Karch, H. 2001. The Role of Virulence Factors in Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) Associated Hemolytic Uremic Syndrome, Semin. Thromb. Hemost. 27 ;207–214.

Kaur S. P., R. Rao, dan S. Nanda. 2011. Amoxicillin: A Broad Spectrum Antibiotic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.

Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Penerbit EGC, Jakarta.

Parsot, C. 2005. Shigella spp. and Enteroinvasive E. coli Pathogenicity Factors, FEMS Microbiol. Lett. 252 8–11.

Robinson, T. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Rukmana, R. 2010. Mengkudu Budi Daya dan Prospek Agrobisnis. Kanisius, Yogyakarta.

Siswandono, dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Universitas Airlangga Press, Surabaya.

Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Wijayakusuma, H. 2008. Penyembuhan Dengan Mengkudu (Morinda citrifolia). Milenia Populer, Jakarta