MENGKUDU MENGHAMBAT BAKTERI PENYEBAB DIARE

Mengkudu merupakan buah yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh, khususnya sebagai anti kanker. Buah mengkudu ternyata dapat mengatasi masalah pencernaan karena kandungan anti bakteri yang terdapat di dalam buah atau daun mengkudu. Usus manusia di dalamnya terdapat bakteri yang baik untuk menyerap zat-zat makanan dari pencernaan. Salah satunya adalah bakteri Escherichia coli. Namun apabila keberadaan bakteri E. coli ini meningkat, maka akan menyebabkan patogen bagi tubuh yaitu dapat menyebabkan diare (Jawetz, 2005). Bakteri ini dapat tersebar melalui air.

Noni fruit with leaf on white background. full depth of field

Penyakit ini sering dialami oleh masyarakat dan pada penderita bayi dapat menimbulkan kematian. Pada umumnya masyarakat menganggap bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang tidak membahayakan dan menimbulkan kematian, namun apabila diare berlangsung lama dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu anak balita atau bayi yang terkena diare dapat meninggal. Diare dapat menyebabkan dehidrasi pada bayi dan balita (Tjay, 2007). Berikut adalah macam-macam golongan bakteri E. coli yang menimbulkan penyakit :

  1. Enterotoksigenik E. coli (ETEC)

Merupakan penyebab diare akut yang terjadi pada orang dewasa bahkan anak bayi. Diare ini dapat menyebabkan dehidrasi tinggi hingga kematian pada anak bayi (balita). Ada dua macam eksotoksin yang dihasilkan, yaitu limfotoksin dan sitotoksin (Brooks, 2008).

  • Enteroinvasif E.coli (EIEC)

Penyakit yang ditimbulkan mirip dengan shigellosis. EIEC mengadakan penetrasi mukosa usus dan menghasilkan multiplikasi pada sel-sel epitel kolon di usus besar (Parsot, 2005).

  • Enteropetogenik E. coli (EPEC)

Merupakan diare yang terjadi juga pada anak-anak. Enteropatogenik mengacu pada E. coli yang pertama kali diidentifikasi pada bayi dan anak-anak (Frankel, 2002).

  • Enterohemoragik E. coli (EHEC)

EHEC ini dapat menyebabkan radang usus besar (haemorrhagic colitis). Patogen dari EHEC adalah dengan memproduksi sitotoksin yang dapat menimbulkan radang usus besar. Gejala yang terjadi apabila terkena radang usus besar ditandai dengan diare yang berlangsung lama, kejang, demam, dan terdapat darah pada feses penderita (Karch, 2001).  

  • Enteroagregatif E. coli (EAEC)

Infeksi EAEC dapat menyebabkan diare akut dan kronik. Bakteri ini ditandai dengan pola khas yaitu melekat pada sel manusia.

Mengkudu dapat dijadikan obat tradisional untuk penyakit diare. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) atau yang sering disebut pace merupakan buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Jawa. Mengkudu merupakan tanaman perdu dengan tinggi pohon 3-8 meter, daunnya berwarna hijau tua dan berbentuk elips. Permukaan buah tidak rata, berbintik-bintik, dan berwarna hijau hingga menguning. Buah mengkudu yang masih muda berwarna hijau, apabila sudah masak akan berubah menjadi warna kuning.

Buah mengkudu memiliki khasiat yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai obat tradisional. Mengkudu mengandung alkaloid yang dinamakan xeronin. Alkaloid ini berguna untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur pembentukan protein serta bekerja untuk melawan peradangan yang terjadi di dalam tubuh (Wijayakusuma, 2008). Semua sel yang dimasuki xeronin ini akan menjadi aktif, lebih sehat, dan terjadi perbaikan struktur maupun fungsinya (Bangun, 2010). Kebutuhan akan xeronin cenderung meningkat jika terdapat masalah kesehatan (baik fisik maupun emosional), infeksi, racun, dan semakin bertambahnya usia. Buah mengkudu juga mengandung skopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah serta berkhasiat sebagai anti bakteri, anti alergi dan anti radang (Rukmana, 2010). Buah mengkudu mengandung senyawa antibakteri seperti acubin, antrakuinon asperuloside, dan alizarin. Senyawa tersebut mampu melawan bakteri diantarannya Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Senyawa antrakuinon dapat menstimulasi sekresi enzim pencernaan dan empedu, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan pencernaan (Latief, 2012). Senyawa yang terkandung dalam mengkudu merupakan senyawa yang bertindak sebagai anti bakteri atau anti mikroba. Sehingga apabila mengkonsumsi buah mengkudu atau ekstrak dari daun mengkudu dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare. Robinson (1995) menyatakan bahwa antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik dan basa. Turunan kuinon ini efektif dalam menghambat bakteri gram negatif dengan menghambat sintesis DNA bakteri, sehingga tidak terjadi replikasi DNA bakteri dan bakteri tidak dapat terbentuk secara utuh (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Menurut Jawetz (2005) mekanisme senyawa anti mikroba menghambat bakteri patogen ada 3 cara. Cara yang pertama yaitu dengan mengganggu pembentukan dinding sel atau dengan merusak dinding sel. Cara yang kedua adalah menghambat membran plasma, berakibat terjadinya kebocoran materi intraselular. Cara yang ketiga adalah penghambatan sintesa protein, asam nukleat, dan aktivitas enzim.

Noni fruit with leaf on white background. full depth of field

Widiana (2011) melakukan penelitian daya hambat mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri penyebab diare dan dibandingkan dengan antibiotik amoxicillin. Mengkudu yang digunakan untuk diteliti berbentuk ekstrak. Bagian mengkudu yang dapat digunakan untuk penelitian anti mikrobanya adalah bagian daun. Ekstrak daun mengkudu diencerkan terlebih dahulu. Dari penelitian yang dilakukan Widiana (2011), amoxicillin memiliki daya hambat untuk bakteri penyebab diare lebih tinggi daripada ekstrak mengkudu. Hal ini disebabkan karena konsentrasi mengkudu rendah, sehingga tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare. Amoxicillin merupakan antibiotik atau antimikroba yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Biasanya konsumsi amoxicillin tergantung dari resep yang diberikan dokter. Namun, penggunaan amoxicillin terlalu banyak akan menimbulkan efek samping yang dapat merugikan. Amoxicillin menunjukan efek samping sebagai reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, demam nyeri sendi, diare, syok anafilaksis, ruam eritematosus, leukemia limfatik kronik, dan iritasi gastrointestinal (Adesanoye, 2014). Menurut Kaur (2011), persentase reaksi efek samping dari antibiotik tersebut adalah 82% pada kulit, 13% pada gastrointestinal, 4% heptik, dan 2% hematologi. Sedangkan apabila mengkonsumsi buah mengkudu tidak akan terjadi efek samping dan efek jangka panjang.

Mengkudu memiliki cita rasa yang kurang disukai oleh masyarakat, sehingga pengolahan buah ini tergolong masih sedikit. Namun buah mengkudu memiliki banyak khasiat dan manfaat yang baik bagi tubuh. Mengkudu juga digunakan untuk obat tradisional seperti batuk, radang amandel, sariawan, menurunkan tekanan darah, melancarkan buang air kecil, radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, radang limpa, radang hepar, diabetes melitus, cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, dan obesitas (Wijayakusuma, 2008 ). Buah mengkudu biasanya diolah dengan cara ekstraksi, dibuat menjadi jus, maupun dibuat serbuk. Konsumsi buah mengkudu paling mudah adalah dibuat menjadi jus, bisa langsung dikonsumsi. Apabila terlalu pahit rasanya, dapat ditambah dengan gula atau madu secukupnya. Ekstraksi mengkudu dapat dilakukan dengan metode maserasi atau ekstraksi dingin. Menurut Harbone (1996) menyatakan bahwa maserasi adalah metode ekstraksi dengan cara merendam sampel menggunakan pelarut dengan atau tanpa pengadukan dan biasanya dilakukan selama 24 jam tanpa menggunakan pemanas. Tujuan dari maserasi atau perendaman adalah agar zat aktif yang terdapat di dalam tumbuhan akan lepas dan mudah masuk ke dalam pelarut, sehingga senyawa yang diharapkan dalam tanaman dapat terekstrak secara sempurna (Howard, 1989). Kelebihan dari metode maserasi ini adalah praktis, karena tidak memerlukan alat yang rumit, relatif murah daripada metode ekstraksi yang lainnya, dan bisa menghindari kerusakan komponen dari buah mengkudu. Maserasi tidak menggunakan panas, sehingga mengkudu dapat terekstrak dengan baik. Apabila terdapat komponen yang mudah hilang apabila dipanaskan, maka dengan metode maserasi merupakan metode yang efektif.

Sumber :

Adesanoye O. A., A. O. C. Ifezue, dan E. O. Farombi. 2014. Influence of Chloramphenicol and Amoxicillin on Rat Liver Microsomal Enzymes and Lipid Peroxidation. African Journal of Biomedical Research, 135–142.

Bangun, A. P. 2010. Khasiat Buah Mengkudu. Binarupa Aksara, Jakarta.

Brooks, G. F., Butel, S. Janet, Morse, dan A. Stephen. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Penerbit EGC, Jakarta.

Frankel, G. 2002. Microbial Attachment to Food and Food Contact Surfaces. Adv. Food Nutr. Res. 43: 319-370.

Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan Bandung. Hal : 123-129.

Howard, C., dan Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Jawetz, Melinick, dan Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiologi). Salemba Medika, Jakarta : 317-318.

Karch, H. 2001. The Role of Virulence Factors in Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) Associated Hemolytic Uremic Syndrome, Semin. Thromb. Hemost. 27 ;207–214.

Kaur S. P., R. Rao, dan S. Nanda. 2011. Amoxicillin: A Broad Spectrum Antibiotic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.

Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Penerbit EGC, Jakarta.

Parsot, C. 2005. Shigella spp. and Enteroinvasive E. coli Pathogenicity Factors, FEMS Microbiol. Lett. 252 8–11.

Robinson, T. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Rukmana, R. 2010. Mengkudu Budi Daya dan Prospek Agrobisnis. Kanisius, Yogyakarta.

Siswandono, dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Universitas Airlangga Press, Surabaya.

Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Wijayakusuma, H. 2008. Penyembuhan Dengan Mengkudu (Morinda citrifolia). Milenia Populer, Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Close Menu