Tumbuhan beluntas adalah tanaman perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 meter. Buah longkah agak berbentuk gangsing, kecil, keras, cokelat dengan sudut-sudut putih, lokos.Tumbuhan ini berasal dari suku Asteraceae (Compositae). Namanya berbeda-beda, sesuai daerah tempat dia tumbuh. Di Sumatera, namanya beluntas (Melayu). Sedangkan di Sunda dikenal dengan nama baluntas, baruntas. Di Jawa namanya luntas, di Madura dikenal dengan nama baluntas. Lain lagi di Makasar, masyarakat sekitarnya menyebut tumbuhan ini dengan nama lamutasa. Sedangkan di Timor disebut lenabou. Beluntas umumnya tumbuhan liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikti naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.00 meter dpl.
Perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 2 meter, kadang-kadang lebih. Percabangan banyak, berusuk halus, berambut lembut. Daun bertangkai pendek, letak berseling, helaian daun telur sungsang, ujung bulat melancip, tepi bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5-9 cm, lebar 1-5,5 cm, warnanya hijau terang, bila diremas harum. Bunga majemuk bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai, cabang-cabang perbungaan banyak sekali, bunga bentuk bonggol bergagang atau duduk, warnanya putih kekuning-kuningan sampai ungu. Buah longkah agak berbentuk gangsing, kecil, keras, cokelat dengan sudut-sudut putih, lokos. Biji kecil, cokelat keputih-putihan. Perbanyakan dengan setek batang yang cukup tua (Dalimartha, 1999).
Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, minyak atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, magnesium, dan fosfor sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin (Agoes, 2010).
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang ada dalam daun beluntas yang mengandung nitrogen dan sering kali terdapat dalam cincin heterosiklik. Alkaloid memiliki sifat basa dan biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai asam organik. Senyawa alkaloid sebagian besar berupa padatan kristal, tetapi ada beberapa yang berupa cairan seperti nikotin.
2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan suatu zat berbau dan terdapat pada beberapa tanaman, minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan dengan beberapa sifat yaitu sangat mudah menguap bila dibiarkan diudara terbuka, memiliki bau yang khas seperti tumbuhan aslinya, dan umumnya tidak berwarna tetapi memiliki warna gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah menguap, minyak atsiri sering disebut sebagai minyak menguap atau minyak eteris (Guenther, 1987). Kandungan minyak atsiri dari daun beluntas mengandung benzil alkohol, benzil asetat, eugenol, dan linolol. Minyak atsiri yang terkandung di dalam daun beluntas tersebut dapat berperan sebagai penghambat pertumbuhan mikroba patogen yang ada di dalam tubuh.
Beluntas (P. indica) merupakan tanaman yang termasuk dalam herba famili Asteraceae yang tumbuh secara liar di daerah kering di tanah yang keras dan berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar. Beluntas sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu untuk menghilangkan bau badan dan mulut, mengatasi kurang nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan nyeri pada rematik, nyeri tulang dan sakit pinggang, menurunkan demam, mengatasi keputihan dan haid yang tidak teratur, hal ini disebabkan adanya kandungan senyawa fitokimia dalam daun beluntas (Halim, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika
Dalimartha, setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Jilit 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Halim et al, 2015. Pengaruh Proporsi Tepung Daun Beluntas (pluchea indica less) dan Teh Hitam terhadap Sifat Fisikokimia, Sifat Organoleptik, dan Aktivitas Antioksidan Produk Minuman. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Nafisah,M., Tukiran., Suyanto., Nurul, Hidayati. 2014, Uji Skrining Fitokimia Pada Ekstrak Heksan, Kloroform, Dan Metanol Dari Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta), Jurusan FMIPA, Prosiding Seminar Nasional Kimia Surabaya, 20 September 2014, Universitas Negeri Surabaya, 279- 286
Nurhalimah N, dkk. 2015. Efek Antidiare Ekstrak Daun Beluntas pada Mencit Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3 (3): 1083-1094.
Pargaputri PF, et al., 2016. Antibacterial effects of Pluchea indica Less leaf extract on E. faecalis and Fusobacterium nucleatum (in vitro). Dent. Journal, 49(2): 93–98.
Srisook K., Buapool D., Boonbai R., Simmasut P., Charoensuk Y. and Srisook E., 2012, Antioxidant and Anti-Inflammatory Activities of Hot Water Extract from Pluchea indica Less. Herbal Tea, Journal of Medicinal Plants Research, 6 (23), 4077–4081
Sudirman S, et al., 2017. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) pada Model Inflamasi Terinduksi CFA (Complete Freund’s Adjuvant). Jurnal Farmasi Galenika, 3 (2): 191-198.
Widyawati, P. S. C. H. Wijaya, P. S. Hardjosworo, dan D. Sajuthi. 2013. Aktivitas Antioksidan Berbagai Fraksi dan Ekstrak Metanolik Daun Beluntas (Pluchea indica Less). Agritech 32(3): 249-257.