MANFAAT DAN KHASIAT DAUN BELUNTAS (page 2)

Disebutkan bahwa dalam daun beluntas terdapat berbagai senyawa antara lain lignan, terpena, fenilpropanoid, bensoid, alkana, sterol, katekin, fenol hidrokuinon, saponin, tanin, dan alkaloid. Kandungan senyawa dalam daun beluntas memiliki beberapa aktivitas biologis yaitu sebagai antiinflamasi, antipiretik, hipoglikemik, diuretik dan berbagai aktivitas farmakologi (Widyawati, et al., 2013).

            Berdasarkan penelitian Antioksidan Minhatun Nafisah dan Tukiran (2017) menyatakan bahwa ekstrak kloroform daun tanaman beluntas memiliki aktifitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 107 ppm menunjuk memiliki antioksidan yang kuat. Aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode scavenging DPPH. DPPH adalah radikal stabil, yang dalam bentuk radikalnya memberikan warna violet. Antioksidan akan bereaksi dengan DPPH oleh mekanisme elektron donasi, yang menstabilkan DPPH ditunjukkan oleh penurunan intensitas warna ungu DPPH dan perlahan berubah menjadi kuning dan penurunan ini dapat diukur dengan spektrofotometri terlihat pada λ 515 nm19. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh PI3 dengan IC50 DPPH aktivitas pemulungan 16,66 μg/ml (Indradi, 2017).

            Tanaman P. indica adalah semak belukar besar yang banyak ditemukan di rawa-rawa dan rawa bakau di Sunderbans (India), Bangladesh, Myanmar, Cina, Filipina, Malaysia, Asia Tropis dan Australia. Akar dan daun dilaporkan memiliki sifat astringen dan antipiretik dan diberikan dalam rebusan sebagai yg mengeluarkan keringat pada demam. Di Indo-Cina akar dalam rebusan diresepkan pada demam sebagai infus dan infus dari daun diberikan secara internal dalam sakit pinggang. Akar dan daun digunakan dalam Patna sebagai zat dan antipiretik (Pramanik, et al., 2007). P. indica (Asteraceae) telah digunakan dalam pengobatan tradisional di Asia Tenggara, termasuk Thailand. Daunnya digunakan sebagai tonik saraf dan peradangan fortreating dan bentuk rebusan kulit, melawan wasir (Srisook, et al.,2012).

            Penelitian Anti-kolinesterase Noridayu et al., (2011) melakukan penelitian dan menunjukkan bahwa ekstrak metanol batang dan daun menunjukkan aktivitas antioksidan relatif, ada korelasi linear antara aktivitas antioksidan dan isi fenolik total dalam ekstrak P. indica. Dapat dikatakan memiliki aktivitas antikolinesterase karena semua ekstrak mampu menghambat aktivitas AchE.

            Penilitian Anti-inflamasi Sudirman et al., (2017) menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas dilaporkan dapat menghambat agregasi platelet dengan cara menghambat pembentukan tromboksan sehingga juga berperan dalam efek antiinflamasi dan juga dapat menghambat aktivitas PGH sintase karena berkompetisi dengan asam arakhidonat pada sisi aktif PGH sintase sehingga menghambat pembentukan PG.

            Penelitian antibakteri Penelitian Nurhalimah dkk (2015) menyatakan bahwa ekstrak daun beluntas memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhimurium dengan zona penghambatan konsentrasi minimal 5% dan mempunyai daya hambat paling baik yaitu dengan konsentrasi 15%. Perlakuan dosis 3 (dosis 600 mg/kg bb) merupakan dosis ekstrak daun beluntas yang mempunyai efek sebanding dengan loperamid HCl. Berdasarkan hasil penelitian Pargaputri et al., (2016) menyatakan bahwa ekstrak daun P indica dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dan Fusobacterium nucleatum dengan respon hambatan pertumbuhan sedang sampai kuat, tetapi MIC ekstrak terhadap E. faecalis dan bakteri F. nucleatum tidak dapat ditentukan. Pada hasil penelitian Amilah dan Ajiningrum (2015) menyatakan bahwa uji aktivitas antibakteri sari daun pegagan dan sari daun beluntas berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Sari daun pegagan atau beluntas pada konsentrasi 20 mg/100ml keduanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

            Penelitian diabetes melitus, Yesiana Dwi Wahyu Werdani dan Paini Sri Widyawati (2017), menyatakan pada tanaman beluntas terdapat senyawa flavonoid diduga berperan secara signifikan menghambat aktivitas enzim α- glukosidase sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mampu meregenerasi sel-sel β-pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

Dalimartha, setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Jilit 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Halim et al, 2015. Pengaruh Proporsi Tepung Daun Beluntas (pluchea indica less)             dan Teh Hitam terhadap Sifat Fisikokimia, Sifat Organoleptik, dan Aktivitas             Antioksidan Produk Minuman. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas             Katolik Widya Mandala Surabaya.

Nafisah,M., Tukiran., Suyanto., Nurul, Hidayati. 2014, Uji Skrining Fitokimia Pada             Ekstrak Heksan, Kloroform, Dan Metanol Dari Tanaman Patikan Kebo             (Euphorbia hirta), Jurusan FMIPA, Prosiding Seminar Nasional Kimia             Surabaya, 20 September 2014, Universitas Negeri Surabaya, 279- 286

Nurhalimah N, dkk. 2015. Efek Antidiare Ekstrak Daun Beluntas pada Mencit             Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3 (3): 1083-1094.

Pargaputri PF, et al., 2016. Antibacterial effects of Pluchea indica Less leaf extract             on E. faecalis and Fusobacterium nucleatum (in vitro). Dent. Journal, 49(2):             93–98.

Srisook K., Buapool D., Boonbai R., Simmasut P., Charoensuk Y. and Srisook E.,             2012, Antioxidant and Anti-Inflammatory Activities of Hot Water Extract             from Pluchea indica Less. Herbal Tea, Journal of Medicinal Plants Research, 6 (23), 4077–4081

Sudirman S, et al., 2017. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas             (Pluchea indica L.) pada Model Inflamasi Terinduksi CFA (Complete             Freund’s Adjuvant). Jurnal Farmasi Galenika, 3 (2): 191-198.

Widyawati, P. S. C. H. Wijaya, P. S. Hardjosworo, dan D. Sajuthi. 2013. Aktivitas             Antioksidan Berbagai Fraksi dan Ekstrak Metanolik Daun Beluntas             (Pluchea indica Less). Agritech 32(3): 249-257.

Tinggalkan Balasan

Close Menu