Khasiat Daun Sirsak dalam Menrunkan Asam Urat

Peningkatan usia harapan hidup dan status gizi bagi masyarakat pada dekade terakhir ini telah menyebabkan transisi pola kebiasaan hidup termasuk pola makan. Hal ini berdampak pada perubahan dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit itu berhubungan dengan pola makan, dari pola makan yang tradisional yang mengandung banyak serat dan sayuran ke pola makan dengan komposisi banyak protein, lemak dan garam. Pola makan yang banyak mengandung purin apabila proses metabolismenya terganggu maka kadar asam urat didalam darah akan meningkat dan menimbulkan penumpukan kristal asam urat (Zakhiah, 2015). Kristal asam urat ini akan membentuk endapan garam urat yang menumpuk di dalam jaringan ikat di seluruh tubuh (endapan ini di sebut tofus). Keadaan ini akan memicu respon inflamasi yang menyebabkan terjadinya nyeri, inilah yang disebut dengan penyakit gout (Kowalak et al, 2011).

Gout (pirai) yang dikenal juga sebagai gout arthritis merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan endapan urat sendi sehingga sendi artritis terasa menyakitkan (Paramita, 2011). Penyakit ini disebabkan oleh produksi asam urat berlebih, ekskresi asam urat yang kurang atau keduanya serta adanya penyakit lain yang menyebabkan peningkatan asam urat di dalam tubuh (Kowalak et al, 2011).
Alexander (2010) menyatakan prevalensi asam urat (gout) di Amerika Serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan 1999 dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi ke dua, prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4 % dengan puncak lebih dari 7 % pada pria berusia 75 tahun. Penelitian di Taiwan pada tahun 2005- 2008 menunjukkan peningkatan kejadian gout pada lansia wanita sebesar 19,7 % dan prevalensi gout pada lansia pria sebesar 23,3 % (Irawan Y, 2014). Suatu survey epidemologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerja sama WHO terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun, didapatkan prevalensi arthritis gout sebesar 24,3 % (Zakhiah., 2015). Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) tahun 2013, prevalensi penyakit sendi di Indonesia sebanyak 11,9 % dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebanyak 24,7 %. Sedangkan data yang diperoleh dari puskesmas dan hasil pemeriksaan nilai asam urat di Kelurahan Tamalanrea didapatkan penderita gout arthritis sebanyak 73 orang dan hampir seluruhnya mengeluh nyeri sendi yang sangat mengganggu aktivitas. Peradangan sendi pada gout dapat terjadi pada seluruh sendi tubuh yang menyebabkan pembengkakan, sendi teraba panas serta nyeri. Nyeri yang dirasakan bervariasi, mulai dari nyeri ringan, nyeri sedang hingga nyeri berat yang dapat mengganggu
aktivitas penderita. Peradangan ini apabila tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan sendi yang lama kelamaan akan merubah struktur sendi, fungsi sendi menurun dan akhirnya cacat (Noviyanti, 2015).
Penanganan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan farmakologis yaitu pemberian obat kelompok salisilat dan kelompok obat anti inflamasi nonsteroid, tetapi salah satu efek yang serius dari obat anti inflamasi nonsteroid adalah perdarahan saluran cerna. Sedangkan penanganan non farmakologis tidak mengeluarkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek yang berbahaya. Dalam keperawatan terapi nonfarmakologi disebut keperawatan komplementer. Terapi komplementer merupakan terapi alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal. Jenis terapi herbal yang dapat di gunakan dalam mengurangi nyeri pada penderita gout yaitu daun sirsak (Annona Muricata L.) (Wirahmadi, 2013).

green and fresh leaves of the soursop tree

Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis di Benua Amerika, yaitu hutan Amazon (Amerika Selatan), Karibia dan Amerika Tengah. Masuknya tanaman sirsak di Indonesia diduga dibawa oleh Bangsa Belanda pada abad ke-19. Tanaman ini nyatanya tumbuh subur dan berkembang dengan baik karena iklim tropis Indonesia yang cocok bagi tanaman sirsak (Dewi & Hermawati, 2013). Pada daun dan buahnya mengandung senyawa fruktosa, lemak, protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin B.
Metabolit sekunder yang terkandung didalamnya adalah senyawa golongan tanin, fitosterol (Sumantri, et all 2014). Selain itu, daun sirsak juga mengandung senyawa monotetrahidrofuran asetogenin; seperti anomurisin A dan anomurisin B, gigantetrosin A, annonasin10-one, murikatosin A dan B, annonasin dan gonniotalamisin (Haryana, et al, 2013). Senyawa yang paling penting adalah tannin, resin dan magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit gout (Lina & Juwita dalam Wirahmadi, 2013).
Sifat anti oksidan yang dimiliki oleh daun sirsak dapat mengurangi terbentuknya asam urat melalui penghambatan produksi enzim xantin oksidase. Enzim ini berperan penting dalam perubahan basa purin menjadi asam urat. Tanin dan resin merupakan suatu senyawa yang mengandung flavonoid yaitu antioksidan pada sirsak. Selain itu daun sirsak dapat menurunkan nyeri pada penderita gout. Penurunan nyeri ini karena daun sirsak memiliki ekstrak etanol dan magostine yang berperan sebagai anti inflamasi dan mampu meredam nyeri pada penderita gout (Wijaya, 2012). Menurut penelitian, daun sirsak juga tidak mempunyai efek samping yang membahayakan, mengkonsumsi rebusan daun sirsak dapat mengurangi nyeri pada penderita gout arthritis tanpa ada efek samping karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya (Lina & Juwita, 2012).
Daun sirsak juga mengandung senyawa tannin, resin dan crytallizable magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit gout. Senyawa yang terkandung dalam daun sirsak tersebut berfungsi sebagai analgesik (pereda rasa sakit) yang kuat serta bersifat sebagai antioksidan. Kombinasi sifat analgesik dan anti inflamasi mampu mengurangi nyeri gout (Shabella, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, H. A. S. C., & Hermawati, R. (2013). Khasiat Ajaib Daun Sirsak. Malang : Padi.
Haryana, E., dkk. (2013). Daun Ampuh : Basmi Berbagai Penyakit. Jogjakarta : Nusa Creativa
Irawan, Y. (2014). Gout Arthritis. FK Universitas lampung. www.portalgaruda.com
Kowalak, Welsh & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Lina & Juwita. (2012). Ramuan & Khasiat Sirsak. Jakarta : Penebar Swadaya.
Noviyanti. (2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta : Notebook.
Shabella R. (2011). Terapi Daun Sirsak. Jogolanan Klaten : Galmas Publisher.
Wijaya, M. (2012). Ekstraksi Annonaceous Acetogenin dari Daun Sirsak, Annona Muricata, sebagai Senyawa Bioaktif Anti Kanker. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zakhiah. (2015). Arthritis gout. http//eprint.ums.ac.id