Obat Tradisional Berbahan Dasar Daun Sirih

Pengobatan tradisional merupakan upaya dalam menjaga kesehatan (pengobatan dan atau perawatan) dengan cara lain diluar ilmu kedokteran. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman praktik yang diwariskan secara turun temurun. Diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dengan cara yangtidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan, dan peningkatankesehatan jasmani, rohani, dan sosial masyarakat.(Noorkasiani.2007)

Fresh green leaves of betel plant on white background.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradision adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan No.6, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental (WHO, 2004).

Pengobatan dengan obat tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengobatan tradisional merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternatif (Harmanto dan Subroto, 2007). Berdasarkan keputuan Kepala Badan POM RI No.HK.00.05.4.2411. tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu, herbal terstandar, danfitofarmaka.

  1. Jamu (Emphirical Based Herbal Medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yangmenjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentukserbuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya obat tradisional ini dibuat denganmengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu disusun dari berbagaitanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam,bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan buktiempiris, jamu juga harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahunbahkan ratusan tahun telah membuktikan keamanan dan maanfaat secara langsunguntuk tujuan kesehatan tertentu.

  • Obat Herbat Terstandar (Standarized Based Herbal Medicine)

Merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi ataupenyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral. Dalamproses pembuatannya, dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan lebih mahaldari pada jamu. Tenaga kerjanya pun harus didukung oleh pengetahuan danketerampilan membuat ekstrak. Obat herbal ini umumnya ditunjang olehpembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputistandardisasi kandungan senyawa berkhasiat didalam bahan penyusun,standardisasi pembuatan ekstrak yang higienis, serta uji toksisitas yang akutmaupun kronis.

  • Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)

Merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern.Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai ujiklinis pada manusia. Karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatanbertehnologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit.(Suharmiati atal.2000). Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan danperawatan, diluar kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan secaratradisional ini mencakup cara dan obat yang digunakan mengacu padapengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun.

Green betel leaves, Fresh piper betle on white background.

Salah satu tanaman yang sangat berpotensi menjadi bahan baku obat herbal adalah daun sirih. Tanaman sirih atau Piper betle Linn berasal dari ordo Piperales,famili Piperaceae, dan genus Piper. Tanaman inimerupakan tanamanyang banyak tersebar di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, (Chakraborty, 2011), seperti Sri Lanka, India, Indonesia,Malaysia, Kepulauan Filipina dan Afrika Timur (Arambewela,et al,2004). MenurutGuha (2006), meskipun diduga berasal dari Malaysia,tanaman ini paling banyak ditemukan di India. Di India, kecuali didaerah bagian barat laut yang kering, dapat ditemukan 40 dari 100 varietas sirih yang ada di dunia.Tanaman sirih memiliki daun yang berwarna hijau danberbentuk seperti hati dengan akar yang merambat(Guha, 2006).Lamina pada daun sirih bertekstur lembut, termasuk pada bagianpermukaan. Ketebalannya sekitar 160-170µm dengan serat trikomaberbentuk silinder menjari. Panjang serat trikomanya kurang lebih30µm dengan tebal sekitar 5µm. Stomata daun sirih memiliki tipecyclocytic. Daunnya memiliki rasa dan bau yang berbeda pada masing-masing daerah di mana ia tumbuh (Mubeen,et al., 2014)

Sejak zaman dahulu, tanaman sirih telah dipakai untuk bermacam-macam cara pemanfaatan. Hampir semua bagian tanamansirih dapat dimanfaatkan, seperti akar, batang, tangkai, daun, dan buahnya. (Chakraborty, 2011). Rebusannya dapat digunakan sebagaiobat untuk impetigo, luka dan luka bakar eksim, limfangitis,furunkulosis, dan dapat pula untuk mengatasi sakit perut. Daunnya dapat digunakan sebagai obat pada kasus urtikaria, faringitis, danpembengkakan. Akar dan buahnya dapat mengobati malaria dan asma (Dwivedi, 2014). Daun sirih mengandung berbagai elemen seperti Si, Cl, Zn, Mg, Ca, dan K, yang menyebabkan daun sirih dapat digunakan untuk menetralkan ketidakseimbangan metabolisme asam basa dalam tubuh manusia (Periyanayagam,et al., 2014). Daun sirih juga kaya akan metabolit seperti minyak volatil (safrol, eugenol, eugenol metil ester,isoeugenol), komponen fenol (chavicol, hydroxyl chavicol), asam lemak hidroksil (stearat, palmitat, miristat), dan asam lemak (stearat dan palmitat) yang memiliki efek antibakterial dan dapat digunakan pada infeksi mikroba (Bangash,et al., 2012). Efek antimikroba kuat pada daun sirih juga disebabkan oleh adanya kandungan ester, flavonoid, alkaloid, dan asam benzoat (Foo,et al., 2015).

Green betel leaves, Fresh piper betle on white background

Flavonoid mampu mempersingkat waktu inflamasi sehingga memungkinkan proses proliferasi (Indraswari, 2011). Flavonoid jugamemiliki peran dalam menurunkan rekrutmen neutrofil. Senyawa inijuga mampu menghambat oksidasi lipid dengan berinteraksi denganmembran sel bakteri sehingga mampu untuk melindunginya dari radikalbebas (Saija, 1995). Flavonoid juga memiliki aktivitas anti bakteridengan membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraselulerbakteri sehingga mengganggu kinerja membran sel bakteri. (Cowan,1999). Ekstrak daun sirih Piper betle Linn juga mengandung senyawatannin. Tannin merupakan astringen, polifenol pada tanaman yangterasa pahit dan dapat mengikat dan mengendapkan protein (Subroto,2006). Tannin dapat mengganggu permeabilitas sel dengan cara mengerutkan dinding selnya. Hal ini dapat menyebabkan sel bakteri mengalami gangguan pertumbuhan atau bahkan mati (Ajizah, 2004). Molekul bioaktif pada tanaman sirih lain yang juga berperan penting dalam efek antibakterial adalah sterol. Molekul sterol mampu berinteraksi dengan dinding sel dan membran sel bakteri yang menyebabkan perubahan struktur primer dinding sel. Hal ini menyebabkan degradasi komponen bakteri. Sterol juga mempu merusak barier permeabilitas pada struktur membran mikroba (Chakraborty, etal., 2011).

Ekstrak Piper betle Linn memiliki zona hambat yang cukup luas dengan konsentrasi hambat minimal pada Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Candida albicans dan Trichophytonmentagrophyte (Caburian & Osi, 2010). Ekstrak Piper betle Linn juga bekerja efektif pada bakteri Streptococcus mutans dengan menghancurkan nukleoid dan membran sel plasma sehingga sitoplasma tereksitasi, meskipun selnya masih utuh (Nalina & Rahim, 2007). Pada kaitannya dengan bakteri Klebsiella pneumonia, penelitian Wiladatika (2013) telah membuktikan bahwa ekstrak daun sirih telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae secara invitro.

Tinggalkan Balasan

Close Menu